Sepuluh ogoh-ogoh diarak mulai dari Pura Segara yang berada di komplek TNI AL Kenjeran kemudian melewati Jembatan Suroboyo. Pawai ini menempuh jarak sekitar 5 km. Selain ogoh-ogoh, arakan ini juga diikuti oleh kesenian reog ponorogo dan barongsai.
Ketua PHDI (Parisada Hindu Dharma) Surabaya Wayan Suraba mengatakan acara kali ini sudah masuk dalam tahapan upacara tawur agung atau tawur kesanga yang sudah dilakukan di Tugu Pahlawan tadi pagi.
"Kami memohon kepada tuhan Hyang widi agar senantiasa diberi anugerah keseimbangan alam, antara lain harmonisasi antar manusia apapun etnis dan agamanya. Harmonisasi manusia dan alam. Harmonisasi dengan tuhan Sang Hyang Widi Ase," kata Wayan kepada wartawan Jumat, (16/3/2018).
Wayan juga menjelaskan makna dari seni pawai ogoh-ogoh yang merupakan bentuk refleksi terhadap diri kita sebagai umat manusia.
![]() |
"Di mana ego, nafsu, angkara murka, dengki, dan iri hati dalam diri kita itu kita tekan. Bahwa ego, nafsu dan iri dengki itu wajahnya seperti ogoh-ogoh. Makanya kita perlu mengedukasi agar menekan iri dengki, ego itu dalam karakter ogoh-ogoh itu sendiri," kata Wayan.
Wayan juga berpesan dalam tahun baru Saka 1940 ini yang berbarengan dengan tahun politik agar semua umat menjaga harmonisasi.
"Di tahun politik ini, sebagai umat hindu kita harus menjaga harmonisasi. Kita berbeda etnis, berbeda agama terjadi harmonisasi antar hubungan manusia," ujar Wayan.
Meski berbeda, Wayan menyampaikan agar tetap menjaga keamanan NKRI. Terlebih pada tahun politik janganlah merusaknya, tetaplah jaga Indonesia karena itu adalah rumah kita.
"Di tahun politik ini, mari kita mengunakan hak pilih kita sesuai hati nurani. Perbedaan jangan dipermasalahkan tujuannya adalah kedamaian sebagai anak negeri," tandasnya. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini