Anak kedua dan ketiga pasangan (Alm) Muzakir dan Yusnaini (30) ini mengidap lumpuh sejak lahir. "Anak saya ada tiga orang. Dua di antaranya Saini dan Mirza menderita lumpuh sejak lahir. Saat ini, saya harus merawat mereka tanpa suami. Ayah mereka meninggal sekitar tiga tahun lalu," kata orang tua keduanya saat ditemui detikcom di rumahnya, Jumat (16/3/2018).
Bocah-bocah lucu itu tampak digendong ibu dan neneknya. Raut wajahnya terlihat ceria, mereka seperti mengoceh membutuhkan perhatian orang. Tangannya tampak bergerak sedangkan kakinya tidak lantaran lumpuh. Selain digendong, mereka hanya bisa terbaring di kereta dorong bantuan para dermawan.
Sedihnya lagi, mereka tinggal di gubuk panggung peninggalan ayahnya. Dinding rumah hanya berlapiskan papan kusam sementara lantainya memakai belahan pohon bambu. Sejak ayahnya (Muzakir-red) meninggal tiga tahun silam, ibunya terpaksa mengurus mereka sendirian. Mereka bertahan hidup dengan serba kekurangan.
Proses melahirkan keduanya secara normal tanpa operasi. Sewaktu lahir Saini dan Mirza, keduanya itu sudah beda. Pada umur tiga tahun, Saini sempat dibawa ke Rumah Sakit di Banda Aceh dan disebut oleh petugas medis ada kelainan. Sempat dioperasi namun tidak berhasil sementara Mirza belum pernah sekalipun di bawa ke Rumah Sakit.
"Masih hidup ayahnya dulu, Saini sempat di bawa ke Rumah Sakit di Banda Aceh. Ayahnya sempat menjual sepeda motor untuk kebutuhan rawatnya. Namun, juga tak kunjung sehat hingga ayahnya meninggal dunia. Sementara Mirza belum pernah di bawa ke Rumah Sakit," sebut Yusnaini.
![]() |
Yusnaini mengaku saat ingin melihat kedua buah hatinya itu sehat seperti anak lainnya. Tetapi, kalau mau membawa mereka berobat atau terapi dirinya harus berpikir panjang. Biaya yang dibutuhkan sangat besar. Apalagi, dirinya selama ini tidak bekerja.
Dia hanya bisa merawat kedua buah hatinya itu di rumah sementara kebutuhan hidup selama ini bergantung pada bantuan sosial dan Baitul Mal Muamalat setiap bulannya dan juga belas kasihan dari orang lain.
"Saya tidak bekerja. Karena harus mengurusi mereka yang sakit. Ibu saya pun hanya seorang petani. Selama ayah mereka meninggal, kebutuhan hidup hanya bergantung pada bantuan sosial," tambah Yusnaini.
(asp/asp)