Fakta-fakta Kasus Dugaan Kekerasan Bocah di Hotel Le Meridien

Fakta-fakta Kasus Dugaan Kekerasan Bocah di Hotel Le Meridien

Mei Amelia R - detikNews
Kamis, 15 Mar 2018 13:07 WIB
Ilustrasi (Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta - Dugaan kekerasan terhadap bocah M alias F (14) oleh ibu asuh, CW (60), di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, masih diselidiki polisi. Sejumlah keanehan muncul, mulai proses adopsi hingga kehidupan CW dan anak-anak asuhnya.

"Kami masih melakukan penyelidikan, ibu asuhnya saja belum dipanggil," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono, Kamis (15/3/2018).

Argo mengatakan pihaknya belum bisa minta keterangan kepada CW karena kondisinya sedang sakit. "Yang bersangkutan sudah tua, sakit-sakitan," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sejauh ini polisi telah memeriksa saksi-saksi, yakni korban M, empat anak asuh CW yang lain, dan pengasuh bernama Siti Khodijah. Ada beberapa keterangan saksi dan CW yang berbeda dan menimbulkan kejanggalan dalam kasus ini.

1. Dokumen Adopsi Tak Jelas

CW mengadopsi lima anak yang rata-rata usianya saat ini 5 tahun, 8 tahun, 14 tahun, dan 15 tahun. Dokumen adopsi anak-anak tersebut hingga saat ini belum jelas.

"Dokumennya sedang dicari karena, menurut CW, anak-anak ini berasal dari orang tua yang bermasalah, dalam arti tidak ingin anaknya lahir," kata Kanit V Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKP Hastiati Lawole.

Ada juga beberapa anak yang diserahkan karena orang tuanya berpenyakit. "Ada yang punya HIV sehingga diserahkan kepada CW," imbuhnya.

CW mengaku pernah memiliki suami, tapi telah meninggal dunia. Ia juga mengaku telah memiliki seorang anak yang tinggal di Swiss.


Apa motif mengadopsi lima orang anak, belum diketahui secara pasti oleh polisi. "Alasannya kasihan saja, karena orang tua anak-anak ini bermasalah," lanjutnya.

2. Perlakuan Diskriminatif

Dari hasil keterangan lima anak asuh dan pengasuhnya, diketahui CW memberikan perlakuan berbeda. Anak-anak asuh itu diistimewakan, kecuali dua bocah lain, yakni M (14) dan E (8).

"Jadi ada perlakuan berbeda, misalnya si M dan E ini disuruh tidur di dalam kamar mandi," imbuhnya.

Tidak hanya itu, tiga anak asuh lainnya memiliki paspor. Bahkan mereka diajak jalan-jalan ke luar negeri, kecuali M dan E.

"Alasan M dan E nggak diajak jalan-jalan ke luar negeri, mereka tidak punya akta kelahiran. Makanya ini aneh juga, dari mana tiga anak itu punya akta, sedangkan dua ini nggak," tutur Hastiati.

3. Profesi Dokter yang Diragukan

CW disebut-sebut bekerja sebagai dokter. Namun, dalam pemeriksaan di Polres Jakarta Pusat sebelumnya, CW mengaku cuma tamatan sekolah dasar.

"Dia mengaku cuma tamatan SD. Dia punya suami, tapi sudah meninggal dan punya anak satu, tinggal di Swiss," katanya.

Terlepas dari itu, CW sendiri mampu membayar sewa hotel. Dia bersama anak-anaknya tinggal berpindah-pindah dari satu hotel ke hotel lainnya selama bertahun-tahun.

"Tahun 2011 pernah tinggal di Jl Kramat, Jakarta Pusat, kemudian nggak tahu tahun berapa pindah ke Twin Plaza, Jakarta Barat. Kemudian beberapa tahun kemudian pindah ke Hotel Peninsula, lalu tahun 2015 itu pindah ke Hotel Le Meridien," tuturnya.

CW mengaku membayar uang penginapan hotel itu dari uang warisan. CW mengaku tidak mau tinggal di rumah tapak karena trauma.

"Dulu katanya pernah tinggal di Benhil kalau tidak salah, terus pernah kerampokan, jadinya trauma dan pindah ke hotel," sambungnya.

4. Keterangan Berbeda

Ada beberapa keterangan berbeda dari para saksi dan CW sendiri terkait dugaan kekerasan terhadap M ini. Salah satunya adalah alasan M kabur dari Hotel Le Meridien.

"Kalau alasan anak-anak lainnya sama CW, dia kabur setelah disuruh pergi beli mainan ke Grand Indonesia," lanjutnya.

Sedangkan M mengaku kabur karena dipukul oleh CW. M juga mengaku tidak tahan karena dibeda-bedakan dengan saudara-saudara asuh lainnya.

"Kalau kata si M, dia kabur karena sebelumnya dimarahi, terus mungkin disuruh beli mainan ke GI, lalu dia pergi ke rumah Ibu Yohana, tetangga CW di Jl Kramat," sambungnya.

Keterangan berbeda lainnya soal perlakuan diskriminatif CW terhadap M dan E. Menurut M dan E, mereka disuruh tidur di kamar mandi karena nakal.

"Kalau menurut CW, si E dan M disuruh di kamar mandi karena si E tertular penyakit, si M juga katanya ketularan HIV oleh ibunya," cetusnya.

5. Aktivitas Anak-anak Asuh

Sejauh ini polisi belum menemukan adanya indikasi eksploitasi terkait kasus M. Bahkan menurut anak-anak, jadwal mereka sangat longgar.

"Kalau dilihat di sini, anak-anak itu bangunnya pukul 09.00 WIB, terus kalau sarapan di restoran hotel," ujarnya.

Tidak ada tugas berat yang dibebankan CW kepada anak-anak. Anak-anak hanya bermain dan belajar.

"Mereka paling disuruh kerjain PR, merapikan tempat tidur dan pakaian, dan belajarnya juga homeschooling, seminggu dua kali. Jadi sebetulnya enak anak-anak itu," tuturnya. (mei/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads