Para siswi datang tidak sendirian. Mereka didampingi guru, keluarga, hingga kepala desa masing-masing. Yakni kepala desa Balun, Pagergunung serta Pesantren.
Pertemuan antara kedua belah pihak ini dimulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Meski berjalan lancar, namun sempat terjadi adu mulut antara siswi SMP 1 Wanayasa serta remaja berbaju merah dalam video yang sempat viral tersebut. Hal ini saat pihak sekolah menanyakan siapa yang merekam peristiwa perkelahian itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak mau menjadi polemik soal pelaku yang merekam, pihak sekolah kembali maksud mediasi dan tandatangan surat damai. Dalam surat damai tersebut, ditandatangani 11 orang. 3 pihak yang bersangkutan yakni siswi MTs Muhammadiyah Wanayasa, siswi SMP 1 Wanayasa serta remaja berbaju merah yang juga terlibat dalam perkelahian.
![]() |
Usai melakukan tandatangan, baik siswi SMP 1 Wanayasa maupun remaja berbaju merah langsung memeluk erat siswi MTs Muhammadiyah Wanayasa. Hal ini diikuti oleh orangtua masing-masing saat mengantar pertemuan tersebut.
Kepala MTs Muhammadiyah Wanayasa Wahyudin menuturkan, pertemuan ini setelah pihaknya berkoordinasi dengan pihak SMP 1 Wanayasa. Meskipun kedua belah pihak sudah berdamai lebih dulu.
"Ini menjadi pembelajaran bagi kami. Nantinya, antara guru dan orangtua harus sama-sama mengawasi anak agar tidak terulang lagi," tuturnya usai pertemuan di kantor MTs Muhammdiyah Wanayasa.
Wakil Kepala SMP 1 Wanayasa Salahuddin Al Chanafi menilai harus banyak kegiatan yang melibatkan siswa di luar sekolah. Harapannya, agar siswa saling kenal antar sekolah.
"Harapan kami ini menjadi yang pertama dan terakhir. Besok besok lagi jangan sampai terjadi lagi," ujarnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini