Sebenarnya, tak hanya anak-anak yang beraktivitas di sana. Orang dewasa pun ramai melewati kawasan tersebut, bahkan memacu motor didamping rel kereta.
Tak ada pagar pembatas antara permukiman di sekitar sini dengan rel kereta. Pintu depan rumah warga berhadapan langsung dengan rel.
Zaki (3) asyik bermain perang-perangan bersama temannya. Dia tak takut saat ada kereta melintas.
"Nggak takut, Om," kata Zaki dengan nada polos, Rabu (14/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Zaki, awas. Ada kereta, minggir," ucap Eva.
Mendengar peringatan sang ibu, Zaki akan bergeser beberapa langkah menjauhi rel kereta. Setelah kereta melintas, dia bergerak bebas bahkan duduk santai di bantalan rel.
Eva mengaku khawatir anaknya tersambar kereta. Beberapa kasus pernah terjadi di daerah tersebut.
"Ya takut, apalagi banyak kejadian. Mau anak kecil atau orang dewasa. Disambar kereta kan nggak ada yang selamat," ucapnya.
Meski begitu, hal itu terpaksa terjadi karena tak ada tempat bermain anak-anak. Dan tak ada RPTRA di sekitar lokasi tersebut.
"Belum ada RPTRA di dekat sini. Paling di Benhil (Bendungan Hilir). Kita kan waswas makanya sambil di sini sambil mengawasi anak," ucap Eva.
Hal serupa pun disampaikan Uun (24) yang ingin anaknya tidak lagi bermain di pinggir rel kereta. Harapannya, pemerintah menyiapkan tempat yang aman untuk bermain anaknya.
"Pengen lah. RPTRA disediakan. Jadi kan ada tempat bermain yang positif. Ada perpustakaan, ada playground," ucap Uun. (aik/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini