"Masalahnya kami sendiri belum punya komputer yang memadai untuk ujian," tutur Kepala Sekolah Muhammadiyah Balong, Bonaji saat ditemui detikcom, Rabu (14/3/2018).
Bonaji menambahkan selain faktor komputer yang belum memadai, jumlah pelajar di SMA Muhammadiyah Balong tidak sampai 20 orang. "Kalau mengajukan bantuan komputer minimal muridnya 20, ini di sekolah saya tidak sampai 20 siswa, hanya satu kelas IPS saja," jelas Bonaji.
Bonaji pun sudah mengupayakan bantuan ke dinas provinsi Jatim, namun hingga kini belum ada bantuan komputer ke sekolahnya. "Kalau pun menarik iuran siswa untuk pengadaan komputer, kasihan. Karena sebagian murid kami siswa panti asuhan," ujar dia.
Akibat aturan yang mewajibkan peserta ujian wajib menggunakan komputer, lanjut Bonaji, terpaksa pelajar SMA Muhammadiyah Balong harus bergabung ke SMAN 1 Balong. "Jadi sementara saat ujian, siswa terpaksa bergabung ke SMAN 1 Balong," imbuh Bonaji.
Bonaji mengaku jika pelaksanaan ujian dengan menggunakan komputer sudah dilakukan di sekolah swasta lain di Ponorogo. "Kalau sekolah lain kan masih swadaya pengadaan komputer dari sekolah sendiri, melalui wali murid atau kerjasama dengan komite, kalau sekolah saya belum mampu," tukas dia.
Menurutnya, tidak menutup kemungkinan ke depan sekolahnya mampu memiliki komputer yang memadai untuk siswanya saat pelaksanaan ujian. "Tahun kemarin kan hanya untuk UNBK, hanya tahun ini USBN BK diwajibkan, semoga ke depan sekolah kami juga bisa melaksanakan ujian di sekolah sendiri," pungkasnya. (fat/fat)