Ular hilang pada Jumat (23/2/2018). Dua hari sebelumnya, hewan melata itu hendak diambil petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Probolinggo, tapi warga enggan menyerahkan. Mereka berharap mendapatkan uang lelah. Alasannya penangkapan ular tidak mudah. Sampai-sampai sandal baru salah satu warga rusak. Ada juga yang kaosnya terkoyak.
Tak diketahui bagaimana prosesnya ular keluar dari kandang kawat. Yang jelas kandang jebol di bagian bawah. Sebelumnya mulut ular dilakban, tapi kemudian dibuka atas saran petugas BKSDA. Karena itu, warga menyebut BKSDA bertanggung jawab atas hilangnya ular. Sementara BKSDA beralasan, ular bisa mati jika mulutnya dilakban.
Setelah ular tak ada di kerangkeng, semua bingung. Pencarian pun dilakukan. Termasuk di antaranya menyisir sungai tempat ular pertama kali ditemukan.
"Kami tetap waspada dan tetap memburu keberadaan ular tersebut. Dikhawatirkan karena bisa mengancam keselamatan warga," kata Kuspriyono, warga setempat, Jumat (9/3/2018).
Kuspriyono yang ikut menangkap ular itu pada Senin (19/2) mengatakan sanca kembang tersebut cenderung ganas dan gesit . "Tiap malam warga selalu memantau di beberapa sudut aliran sungai, termasuk melihat lubang yang dicurigai sebagai sarang ular itu, tapi belum ditemukan," terangnya.
Dia menyatakan jika nantinya ular tersebut ditemukan, maka warga akan berkoordinasi dengan kelurahan setempat. "Kami akan hubungi pihak kelurahan, juga BKSDA, " pungkasnya.
Kelurahan Kebonsari Kulon Gatot mengatakan jejak ular belum ditemukan. "Jika ada kabar kami bersama BKSDA akan segara bertindak ke lokasi," ujar Gatot saat dihubungi detikcom. (trw/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini