"Saya tidak bisa mengatakan ada poros ketiga atau berapapun poros yang akan ada di Pemilu 2019. Sekali lagi saya melihat di semua partai politik akan melakukan kerja mencoba membangun koalisi. Jelas koalisi itu adalah sebuah keniscayaan," kata AHY di kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (7/3/2018).
Menurutnya, poros baru dapat muncul karena parpol peserta pemilu tak ada yang dapat mengusung capres-cawapres sendiri. Ini mengingat aturan presidential threshold atau ambang batas capres minimal 20 persen kursi di DPR RI atau 25 persen suara sah nasional Pemilu 2014.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akan terus membangun koalisi yang baik. Saya belum bisa mengatakan hari ini terlalu dini. Karena masih akan terjadi banyak momentum dan juga komunikasi di antara elite dan kader-kader partai yang ada atau peserta pemilu mendatang. Tetapi semua masih mungkin dan bagi saya adalah kami Demokrat akan terus mempersiapkan diri dengan berbagai skenario," ucap eks Cagub DKI itu.
AHY pun mengatakan komunikasi terus dilakukan untuk mencegah terjadinya salah pengertian. Dia khawatir komunikasi yang macet dapat menyebabkan salah paham dan salah perhitungan dalam menentukan pilihan politik partai.
"Dalam politik tentu tidak diharapkan terjadi miskalkulasi karena benar-benar haru dihitung dengan cermat. Sehingga kontestasi kompetesi yang akan kita hadapi bersama 2019 bisa membawa manfaat yang terbaik, tidak hanya kepada partai politik, tapi terutama untuk negara dan masyarakat yang kita cintai," tutur AHY.
Wacana poros baru ini muncul menyusul wacana capres alternatif selain Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto. Mereka ingin agar ada nama capres selain Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Survei SMRC sendiri sempat menyebut pasangan Muhaimin Iskandar dan AHY dapat jadi penantang baru Jokowi dan Prabowo. (jbr/elz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini