Di antara ormas yang beraudiensi dengan UIN Yogya yakni Forum Ukhuwah Islamiyah, Mualaf Center Yogyakarta, Forum Komunikasi Aktivis Masjid, Harokah Islamiyah, Da'i Madinah, Majelis Mujahidin, Halaqah Tarbiyah Muwahiddin, Forum Silaturahmi Remaja Masjid.
Jubir Forum Ukhuwah Islamiyah DIY, Fadlun Amin mengatakan, pihaknya sangat keberatan bila sampai kebijakan pelarangan mahasiswi bercadar diterapkan di UIN Yogya. Terlebih bila alasan pelarangan cadar tersebut dalam rangka melawan radikalisme.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi tidak bisa lah ada kesimpulan bahwa mahasiswi bercadar itu adalah bentuk dari radikalisme dan sebagainya. Tidak dibenarkan, radikalisme tidak bisa dikaitkan dengan cadar, begitu," lanjutnya.
Amin menerangkan bahwa persoalan wanita bercadar adalah perkara ikhtilaf atau perbedaan pandangan ulama. Oleh sebab itu, kata Amin, sebagai perguruan tinggi seharusnya UIN Yogya menghargai perbedaan pendapat ini bukan melarang mahasiswi bercadar.
"Ada yang mungkin menggunakan jilbab biasa, jilbab lebar dan ada yang bercadar. Mereka (wanita bercadar) punya keyakinan bahwa menggunakan cadar itu semisal wajib bagi mereka, maka ini harus diterima. Karena hal ini tidak mengganggu aktivitas belajar mereka," paparnya.
Sementara terkait alasan mahasiswi bercadar dianggap rawan berperilaku curang dengan memanfaatkan joki saat ujian kuliah, Amin mengaku tak setuju dengan pendapat ini. Menurutnya, alasan tersebut tidak masuk akal.
"Saya kira untuk masalah joki dan sebagainya tentu dosen-dosen perempuan, karyawan perempuan di sini yang bisa digunakan (mengecek) mahasiswi-mahasiswi (bercadar) untuk mengantisipasi joki dan sebagainya," jabarnya.
"Tentu di beberapa perguruan tinggi pun bisa mengantisipasi joki yang bercadar dan sangat mungkin (dilakukan). Tidak harus dosen laki-laki yang menangani (memastikan) perjokian yang menggunakan modus mahasiswi bercadar," tutupnya.
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini