.webp)
Nampak sejumlah kerabat dan warga desa setempat berdatangan untuk bertakziah ke rumah duka. Jenazah Faizin dimakamkan di pemakaman umum sekitar 300 meter dari sebelah utara rumahnya.
"Jenazahnya Faizin sudah dimakamkan tadi pagi," ujar ayah korban, Amin kepada detikcom di rumah duka, Senin (5/3/2018).
Menurut Amin, anaknya yang menjadi korban pembunuhan itu merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Amin bercerita bahwa Faizin terakhir kali terlihat pada Minggu (4/3/2018) malam. Saat itu dia pamit keluar rumah selepas maghrib.
 Amin (baju merah) dan Sulahak (berhijab), ayah dan ibu Faizin Foto: M Rofiq |
"Dia bilangnya mau keluar bersama temannya ke wilayah terminal," jelas Amin.
Amin meneruskan, Faizin tidak bersekolah tinggi. Dia hanya menempuh pendidikan setingkat sekolah pertama yakni sebuah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Swasta di desanya. Setelah itu Amin tak meneruskan sekolahnya lagi.
"Lulus MTs dia tidak sekolah lagi," kali ini kata Sulahak, ibu Faizin.
Sulahak mengatakan, anaknya kesehariannya memang jarang pulang ke rumah. Namun, tiga hari sebelum Faizin meninggal, Sulahak mengaku kalau anaknya berada di rumah. "Kadang seminggu sekali baru dia pulang, habis itu dia pergi lagi nginep di rumah teman- temannya" kata Sulahak.
Sulahak mengaku bahwa Faizin dalam kesehariannya bekerja sebagai pengamen jalanan. Faizin biasanya mengamen di traffic light atau di wilayah terminal Bayuangga Kota Probolinggo.
"Jadi dia tidak bekerja selain ngamen di jalanan," ujar Sulahak.
Amin dan Sulahak mengharapkan kepada pihak kepolisian untuk bisa segera mengungkap pelakunya. "Karena anak saya meninggal dengan kondisi tragis yang dilakukan anak-anak jalanan," harap Sulahak.
Muhammad Faizin ditemukan tewas pada Minggu (4/3/2018) di sebuah taman di Jalan Soekarno Hatta Kota Probolinggo. Polisi menduga Faizin menjadi korban pembunuhan karena ada belasan luka tusukan di dada dan punggung. Polisi terus menyelidiki kasus ini. (iwd/iwd)
