Sejak tahun 2010, rumah yang berada di Jalan Puding, Kecamatan Kamboja Kota Palembang ini, merupakan rumah Dewi tinggal bersama almarhum suami, Pendi dan ketiga anaknya. 2 Tahun sejak suami tercinta meninggal karena mengalami serangan jantung, hidup mereka terlihat kian memprihatinkan.
Rumah berukuran 8x4 meter warisan orang tua Pendi semakin tidak terawat dan nyaris roboh. Atap mulai bocor, dinding mulai rapuh dan terlihat sangat tidak layak untuk dihuni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Air mata ibu Dewi mulai menetes melihat rumah papan yang dihuni disaat terakhir bersama almarhum suami dibedah rumah oleh anggota TNI Kodim 0418 Palembang. Pondasi kokoh mulai terlihat dan itu adalah pondasi yang didirikan almarhum suaminya untuk mereka.
"Saya ingat suami pak saat rumah itu mulai dirobohkan TNI, suami memang ada niat untuk bangun rumah kami tapi keburu meninggal. Sekarang rumah sudah berdiri dan saya yakin suami saya melihat bantuan ini semua," kata Dewi saat ditemui di rumahnya, Senin (5/3/2018).
Sesekali Dewi keluar dari rumah singgah sementara untuk melihat kondisi rumah yang sedang dibangun oleh prajurit TNI layaknya 'sangkuriang'. Dewi menyebut prajurit siang malam mulai melanjutkan pondasi bangunan yang sudah berdiri kokoh.
"Tentara yang bangun rumah saya itu kerja siang malam, mereka gantian. Saya menangis karena ingat cita-cita almarhum suami saya untuk bangun rumah permanen sudah tercapai dan itu semua bukan untuk saya, tapi untuk anak-anak," kata Dewi sembari terisak menahan air mata saat mengenang Pendi yang semasa hidup bekerja sebagai penggali kuburan.
![]() |
Bantuan yang diberikan prajurit ini bukan tanpa alasan, TNI sangat prihatin melihat kondisi rumah Dewi. Dengan upah Rp 500/ bulan sebagai tukang cuci pakaian di rumah warga dipastikan tidak dapat menutupi biaya hidup mereka.
Itulah alasan Dewi tak bisa menyisihkan sedikit uangnya untuk memperbaiki rumah. Adapun bantuan dari Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Sosial yang dirinya terima, hanya cukup untuk biaya sekolah anak.
Saat hujan turun, rumah Dewi pun mulai bocor dan kebanjiran karena dinding dan atap sudah hancur termakan usia. Jika hujan turun pada malam hari, mereka harus lembur dan menyelamatkan barang-barang dan peralatan rumah tangga.
Kini Dewi terlihat mulai lega saat melihat pindasi rumah berdiri kokoh dikerjakan prajurit TNI. Ditargetkan pekan depan Dewi susah bisa memboyong ketiga anaknya untuk menempati rumah baru.
"Katanya minggu depan sudah selesai dibangun dan kami sudah bisa pindah. Saya ucapkan terimakasih sama bapak-bapak tentara yang bantu kami dan donatur lain," sambung Dewi.
Masih menurut Dewi, donatur banyak yang datang tidak hanya dari Palembang saja saat kehidupan mereka mulai viral di media massa dan media sosial. Bahkan ada yang sengaja datang dari Jakarta untuk memberikan bantuan.
"Saya pikir warga yang mengalami nasib seperti saya banyak, tapi kalau bisa pemerintah jangan bergerak setelah viral di media. Mereka juga butuh bantuan, tapi tidak tau sama siapa harus mengadu," katanya lagi. (asp/asp)