"Terjadinya busa itu karena adanya pemompaan dari Waduk Ria Rio ke Kali Sunter. Itu kan Kali Sunter menerima aliran dari Kali Cipinang, Kali Sunter, Waduk Ria Rio, Kali Item," kata Kepala Bidang Pengawasan dan Penataan Hukum Dinas LH DKI Mudarisin saat dihubungi, Selasa (27/2/2018).
Mudarisin mengatakan busa itu terjadi karena air yang mengalir di Kali Sunter tercemar limbah deterjen dari rumah tangga. Dia mencontohkan seperti air sabun yang dikocok pasti akan menimbulkan busa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mudarisin membantah asal busa itu bukan berasal dari limbah pabrik. Melainkan dari limbah rumah tangga.
"Bukan, pabrik deterjen nggak ada. Yang bikin busa itu deterjen. Sepanjang Sungai Cipinang dan Sunter yang ada pabrik biskuit, pabrik susu, jadi ya nggak mungkin membuang deterjen," jelasnya.
Ketika disinggung soal bau, Mudarisin mengatakan hal itu malah membuktikan zat-zat tersebut diurai oleh alam. Menurutnya justru bahaya jika limbah tidak berbau.
"Penyebab bau itu karena aliran sungai itu lambat, suplai oksigen tidak ada, berkurang sehingga terjadi proses aerobik. Zat anorganik itu terjadi dekomposisi yang menyebabkan bau. Justru kalau yang nggak bau itu nggak bisa diurai alam. Jadi sebetulnya bau itu diurai oleh alam, kalau nggak bau justru bahaya," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, munculnya busa di Kali Sunter di Jl Gading Raya, Jakarta Utara, dekat ITC Cempaka Mas membuat resah warga. Menurut warga kehadiran busa itu tidak sedap dipandang.
"Jadi berawal sering lewat situ saat berangkat kerja, di Kali Sunter dekat lampu merah itu kok dilihat seperti busa. Jadi si busa ini kalau hujan makin banyak, kalau kemarau nggak," ujar pembaca detikcom, Alpin Arapli saat dihubungi via telepon, Selasa (27/2).
(ams/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini