Potret SMP 'Nol Sampah' di Surabaya Penerima Penghargaan KLH

Potret SMP 'Nol Sampah' di Surabaya Penerima Penghargaan KLH

Hilda Meilisa Rinanda - detikNews
Kamis, 22 Feb 2018 11:37 WIB
Foto: Hilda Meilisa Rinanda/detikcom
Surabaya - Secara fisik, SMPN 41 Surabaya sama layaknya gedung sekolah lain. Yang membedakan hanya kondisinya bersih tanpa sampah. Bukan karena penjaga rajin menyapu, tapi siswa terlibat dalam pengelolaan sampah.

Tak heran jika SMPN 41 menerima penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Penghargaan ini diberikan terkait program pelestarian lingkungan. Bagaimana sekolah dan siswa melakukannya?

Pantauan di sekolah yang berlokasi di Jalan Gembong Sekolahan no 5, Kapasan, Simokerto, Surabaya pada Kamis (22/2/2018) bisa jadi ilustrasi. Sebelum melewati gerbang sekolah, siswa dicegat beberapa guru. Tas dicek. Sekolah mewajibkan siswa membawa tempat makan dan minuman sendiri. Sebab kantin tak menyediakan peralatan apapun.

Kegiatan ini dilakukan sejak tahun 2016. Tujuannya meniadakan plastik kemasan makanan atau plastik botol air mineral. Tahun 2017, sekolah mencanangkan tiap hari bebas sampah.

"Jadi, setiap anak diwajibkan membawa tempat makan dan tempat minum sendiri. Supaya zero waste tadi benar-benar terwujud," ujar Dwi Murwanti, ketua Surabaya Ecoschool di SMPN 41 Surabaya.

Program membawa tempat makan dan minum sendiri melengkapi program unggulan SEKAM. S kepanjangan dari sampah, Energi, Keanekaragaman hayati, Air, dan Makanan.

Dalam pengelolaan sampah, ada beberapa macam kelompok kerja. Misalnya bank sampah dan komposter (pengomposan). Tugas kelompok bank sampah seperti mengelola, menimbang dan mendaur ulang sampah organik dan non organik.

Untuk pengumpulan sampahnya, selain yang ada di lingkungan sekolah dan rumah, para siswa melakukan gerebek pasar 3 minggu atau sebulan sekali. Para pedagang sudah hafal rutinitas ini dan menyiapkan sampah organik untuk dibawa siswa.

Setelah sampah terkumpul, ada tim khusus yang memasak sampah organik menjadi pupuk pada komposter. Pupuk kompos ini nantinya akan dipanen dua hingga tiga bulan sekali. Ada pula pupuk cair yang sekarang sedang dikembangkan.

"Kalau untuk sampah non organik seperti plastik kemasan makanan, kita daur ulang menjadi beberapa kerajinan seperti tas," ujar Dwi.

Potret SMP 'Nol Sampah' di Surabaya Penerima Penghargaan KLHFoto: Hilda Meilisa Rinanda/detikcom

Sedangkan untuk sampah koran dan kertas, lanjut Dwi, akan diolah menjadi bubur kertas sebagai bahan pembuatan berbagai kerajinan seperti vas bunga, asbak, hingga tempat sesuatu.

Sementara di bidang energi, sekolah ini konsisten menerapkan waktu 10-12 sebagai jam diperbolehkannya menghidupkan AC. Hal ini dilakukan tentu saja untuk menghemat penggunaan energi. "Hanya pukul 10.00 hingga 12.00 saja. Selebihnya tidak boleh," kata Dwi.

Sekolah ini juga memiliki dua solar cell yang memproduksi energi lewat cahaya matahari. Energi yang dihasilkan dari satu sel sebanyak 800 Watt digunakan untuk menghidupkan beberapa lampu.

"Kami juga memiliki beberapa saklar yang otomatis akan mematikan lampu saat siang. Ini untuk berjaga-jaga jika ada yang lupa," kata guru mata pelajaran IPS ini.

Untuk program keanekaragaman hayati sendiri, sekolah ini memiliki tanaman jahe dan lidah buaya. Juga ada green house yang menambah teduh suasana sekolah.

Sementara untuk program pemanfaatan air, tentu saja pihak sekolah meminta siswa berhemat. "Alhamdulillah selama ini peran anak-anak sangat mendukung program yang ada," tambah salah seorang guru, Sulkan.

Potret SMP 'Nol Sampah' di Surabaya Penerima Penghargaan KLHFoto: Hilda Meilisa Rinanda/detikcom

Kini, SMPN 41 Surabaya tengah menjalankan program ecopreneur guna melatih jiwa bisnis siswa melalui produk-produk alami. Misalnya yang baru saja dilaksanakan oleh para siswa adalah berjualan saat CFD. Beberapa produk makanan hasil dari tanaman sekolah diproduksi dan dijual pelajar di CFD. Seperti pemanfaatan jahe menjadi sirup, kobuk (minuman khas madura) dan puding jahe.

Ada pula es krim yang dibuat dari kulit ari kacang hijau yang selama ini dibuang oleh masyarakat. Es krim yang diberi nama vigna ini juga cukup diminati masyarakat.

Setelah berhasil menyabet predikat sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional tahun 2017 dari Kementerian Lingkungan Hidup, SMPN 41 Surabaya sedang menyiapkan diri meraih predikat Adiwiyata Mandiri.

Di momen Hari Peduli Sampah Nasional 2018 yang jatuh pada 21 Februari, Dwi berharap anak didiknya dan masyarakat bisa semakin sadar akan sampah. Hal ini nantinya akan berpengaruh pada banyaknya sampah yang akan diproduksi di lingkungan.

Potret SMP 'Nol Sampah' di Surabaya Penerima Penghargaan KLHFoto: Hilda Meilisa Rinanda/detikcom
Halaman 2 dari 2
(trw/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.