"Pertama, saya ingin jadikan peristiwa ini sebagai bahan intropeksi umat beragama itu sendiri bahwa kita perlu lebih meningkatkan kewaspadaan kita umat beragama terhadap para pemuka-pemuka agama kita sendiri, terhadap rumah-rumah ibadah kita sendiri, khususnya dalam aktivitas kegiatan kegamaan," kata Lukman di kantor Kementerian Agama, Jl Lapangan Banteng Utara, Jakarta Pusat, Senin (12/2/2018).
Lukman menuturkan semua masyarakat harus menghindari potensi terjadinya kekerasan pada pemuka agama. Ia juga sudah mengintruksikan kepada kakanwil di semua provinsi agar meningkatkan kewaspadaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Lukman berharap kepada umat beragama dan masyarakat umum agar tidak mudah terprovokasi. Ia meminta masyarakat menyerahkan kasus ini sepenuhnya kepada aparat penegak hukum.
"Kita serahkan sepenuhnya kepada aparat penegak hukum kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini sehingga kita tidak perlu main hakim sendiri dalam respons tindak kekerasan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab," ucapnya.
Sebelumnya, terjadi penyerangan oleh pria berpedang di Gereja Santa Lidwina, Bedog, Yogyakarta, Minggu (11/2). Akibatnya enam orang terluka, termasuk Romo Karl Edmund Prier yang memimpin misa dan seorang polisi.
Pada 7 Februari 2018 dan baru viral pada 9-10 Februari, terjadi persekusi biksu Mulyanto Nurhalim dan pengikutnya di Desa Caringin Legok, Tangerang. Selain itu, penganiayaan terhadap ulama juga terjadi pada pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah Cicalengka Bandung, KH. Umar Basri, dan penganiayaan terhadap ulama sekaligus Pimpinan Pusat Persis, H. R. Prawoto yang mengakibatkan meninggal dunia.
(idh/idh)