"Saya nggak nanggapi, percuma," kata Arief di kantornya, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (31/1/2018).
Arief hanya mengucapkan terima kasih atas laporan yang diajukan kepadanya. "Terima kasih," jawabnya singkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief menyebutkan Ghofar merupakan bekas stafnya saat memasuki MK. Namun Arief tak puas dengan kinerja Ghoffar karena sering tidak masuk, sering keluar saat jam kantor dengan alasan mengurus keluarga. Ghoffar sempat mengikuti studi selama dua tahun di Australia. Saat kembali ia meminta posisinya struktural dan tak dikabulkan.
Baca juga: Ketua MK Kembali Diadukan ke Dewan Etik |
Baca juga: Busyro: Ada Gejala MK Alami Demoralisasi |
Selain itu, menurut Arief, kekecewaan Ghoffar disebabkan namanya dicoret dari rombongan undangan pertemuan MK se-dunia di Lithuania. Sebab panitia penyelenggara pertemuan membatasi jumlah peserta. Kekecewaan-kekecewaan inilah, kata Arief, yang membuat Ghoffar sakit hati hingga menuntut dirinya mundur sebagai ketua MK.
Peneliti Muda MK itu kemudian membantah pernyataan Arief tersebut. Ia menyebutkan Arief hanya mengalihkan tuntutan mundur menjadi masalah pribadi. Sikap itu menyalahi sifat kenegarawanan yang harus disandang seorang penjaga konstitusi.
"Ini sangat disayangkan, sikap kenegarawanan itu harus didasari fakta. Bukan pengalihan semacam ini," ucap Ghoffar kepada detikcom. (ams/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini