Seperti dilansir AFP, Jumat (26/1/2018), Trump memancing kemarahan publik usai me-retweet video propaganda anti-muslim pada November 2017. Video propaganda anti-muslim itu diposting Jayda Fransen, selaku Wakil Ketua Britain First, kelompok sayap kanan jauh yang anti-Islam.
Perdana Menteri Theresa May dan Wali Kota London Sadiq Khan juga mengecam aksi Trump saat itu. Reaksi keras diberikan Trump kepada PM May saat itu. Trump meminta PM May tidak mengurusi dirinya dan fokus pada memerangi Islamis radikal di negaranya. Pekan ini, untuk pertama kalinya Trump melunak dan menyampaikan permohonan maaf terkait sikapnya yang kontroversial tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diucapkan Morgan dalam wawancara itu bahwa Trump telah menimbulkan 'kemarahan dan kekhawatiran besar' di Inggris karena aksinya saat itu. "Karena Britain First pada dasarnya adalah kumpulan orang-orang rasis, fasis," ujar Morgan kepada Trump dalam kutipan wawancara itu.
"Tentu saja saya tidak tahu itu," jawab Trump menanggapi Morgan. "Saya tidak tahu apa-apa soal mereka (Britain First-red), saya tidak tahu apa-apa soal mereka hingga hari ini, saya hanya membaca sedikit," imbuhnya.
"Mungkin itu menjadi berita besar di Inggris, tapi di Amerika Serikat itu tidak menjadi berita besar. Saya memang me-retweet. Ketika Anda me-retweet (postingan semacam itu) bisa memicu masalah karena Anda tidak pernah tahu siapa yang memulainya," kata Trump.
Lebih lanjut, Trump mengklaim dirinya sangat mencintai Inggris. Dia juga mengaku memiliki hubungan sangat baik dengan PM May. "Saya bisa memberitahu Anda bahwa saya memiliki hubungan yang sangat baik dengan Perdana Menteri Anda. Dia melakukan tugas yang sangat baik. Kami sebenarnya memiliki hubungan yang sangat baik, meskipun banyak orang berpikiran kami tidak (berhubungan baik)," sebut Trump.
"Saya mendukungnya, saya banyak mendukung apa yang dia lakukan dan apa yang dia katakan dan saya sangat mendukung negara Anda secara militer. Kami akan membela Anda jika sesuatu terjadi, yang semoga tidak pernah terjadi. Saya pendukung Inggris yang luar biasa besar," imbuhnya.
Dalam pernyataan terpisah, seorang sumber dari kalangan pejabat senior pemerintahan Inggris menuturkan kepada Reuters, bahwa Trump dijadwalkan akan berkunjung ke Inggris setelah pertengahan tahun ini. Informasi ini diungkapkan usai Trump bertemu PM May di Davos, pekan ini.
(nvc/rna)