"@theresa_may, jangan fokus kepada saya, fokus pada menghancurkan Terorisme Islamis Radikal yang terjadi di dalam Inggris. Kami baik-baik saja!" kicau Trump via akun pribadinya @realDonaldTrump seperti dilansir AFP, Kamis (30/11/2017). Trump sebelumnya me-mention akun Twitter PM May yang salah, sebelum menghapus kicauannya dan mencantumkan akun Twitter yang benar.
Pernyataan keras Trump untuk PM May itu berawal dari aktivitas Trump yang Trump me-retweet tiga postingan Twitter dari Jayda Fransen, yang merupakan Wakil Ketua Britain First, kelompok sayap kanan jauh yang anti-Islam. Postingan itu melampirkan video-video propaganda anti-Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"@realDonaldTrump Fakta itu penting. Pelaku aksi kekerasan dalam video ini, lahir dan besar di Belanda. Dia telah menerima dan menyelesaikan masa hukumannya sesuai undang-undang Belanda," tegas Kedubes Belanda merujuk pada video pertama.
.@Theresa_May, don't focus on me, focus on the destructive Radical Islamic Terrorism that is taking place within the United Kingdom. We are doing just fine!
β Donald J. Trump (@realDonaldTrump) November 30, 2017
Video kedua menunjukkan sekelompok orang yang disebut sebagai kelompok Islamis mendorong seorang remaja dari atap gedung. Video kedua ini diduga direkam saat kerusuhan melanda Mesir tahun 2013 lalu. Seorang pria yang terlibat aksi ini dilaporkan telah dihukum. Video ketiga disebut menampilkan seorang pria muslim merusak patung Bunda Maria.
Fransen yang memposting vide-video itu telah dinyatakan bersalah atas pidana kejahatan kebencian tahun lalu, setelah dia melontarkan kata-kata vulgar bernada hinaan kepada seorang wanita muslim yang memakai hijab di jalanan. Britain First yang menaunginya, merupakan kelompok yang terbentuk sejak tahun 2011 dan kerap menggelar protes kelompok di luar masjid-masjid setempat.
Otoritas Inggris memprotes keras aksi Trump yang me-retweet postingan Fransen yang dicap sebagai penghasut kebencian di Inggris. Melalui seorang juru bicaranya, PM May menyebut tindakan itu 'salah bagi seorang presiden untuk melakukan hal ini'. PM May menyebut Trump sama saja mempromosikan ujaran kebencian.
Tidak hanya PM May, Wali Kota London Sadiq Khan juga melontarkan kritikan. Khan menyebut Britain First sebagai 'kelompok kotor dan penuh kebencian yang pandangannya seharusnya dikecam, bukan diperkuat'.
Kritikan lain datang dari politikus dan pejabat Inggris, termasuk Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson. "Inggris sejak lama memiliki kebanggaan sebagai masyarakat yang toleran, terbuka dan ujaran kebencian tidak memiliki tempat di sini," tegasnya.
(nvc/rna)