"Untuk jabatan Gubernur kenapa tidak Sekda, karena diawali dengan Pilkada, pembicaraan di tingkat pusat, Sekda kan ASN (aparatur sipil negara), punya anak buah. Dikhawatirkan akan berpihak pada petahana yang akan maju," kata Arief saat berbincang di Kantor Kemendagri, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (26/1/2017).
Menurut Arief, ada kekhawatiran dari pemerintah pusat dengan tidak ditempatkannya pejabat lokal untuk mengisi posisi PJ di wilayah Sumut dan Jabar. Hal ini meski pada dasarnya PNS harus bersikap netral di dalam politik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya kenapa Sekda tak ditunjuk, supaya tidak ada kecurigaan dari kontestan lain. Misalnya Gubernur Sumut Sekdanya jadi Pj. Jangan-jangan dia dimanfaatkan oleh orang yang maju. Kalau dari kita tak ada yang berkepentingan. Dia tak bisa memberikan fasilitasi di provinsi di sana," sambungnya.
Alasan lain ditunjuknya jenderal Polri sebagai Pj gubernur karena dianggap netral dan lebih gampang dimonitor masyarakat.
"Kalau asal ditunjuk dia (TNI-Polri) gampang dilihat. Jadi kalau dia akan menggerakkan akan kelihatan sekali. Itulah netralitas terjaga. Dan tidak perlu dikhawatirkan. Dan masyarakat juga berharap tidak dalam kecurigaan tinggi. Kami berharap masyarakat semakin cerdas. Justru dengan TNI/Polri akan lebih netral. Karena kalau dia gerak akan kelihatan sekali," jelasnya. (tfq/nvl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini