Untuk menggalakkan berkembangnya batik khas Kota Blitar ini, Pemkot mewajibkan para PNS dan pelajar untuk memakainya tiap hari Rabu dan Kamis.
"Sebagai upaya mengembangkan dan mengenalkan batik Kota Blitar ini, Pemkot mewajibkan para PNS memakainya sebagai seragam tiap hari Kamis," jelas Kabid Pengawasan Perdagangan dan Perindustrian Disperindag Kota Blitar, Agus Sulistyorini saat dihubungi detikcom, Kamis (21/12/2017).
Menurut Rini, sebenarnya motif ikan koi dan kendang belum dipatenkan. Pihak Pemkot Blitar masih akan menyempurnakan desain yang ada.
"Tahun 2018 mendatang, kami gelar lomba desain batik untuk menyempurnakan desain ikan koi dan kendang yang sudah ada selama ini. Baru setelah itu akan kami patenkan," ungkapnya.
![]() |
Seorang ibu rumah tangga, Linda Kusuma (38) yang mempunyai dua putra SD menyambut positif kebijakan Pemkot Blitar ini. Warga Bendogerit, Sananwetan Kota Blitar mengaku ikut bangga dengan hadirnya batik khas Blitar.
"Anak saya yang sekolah SD ada dua. Sejak tahun 2010 lalu dapat seragam batik berupa kain. Gratis diberikan oleh Pemkot Blitar, sekalian ongkos jahitnya Rp 225 ribu untuk atasan dan bawahan," kata Linda.
Seragam batik bagi pelajar dan PNS Kota Blitar ini tidak dijual bebas. Bahkan koperasi sekolahpun tidak menyediakan nya. Untuk siswa SD, dasar batik berwarna abu-abu. Sedangkan untuk siswa SMP warna dasarnya hijau, dan merah untuk seragam SMA.
"Kalau untuk pelajar dipakai tiap hari Rabu dan Kamis. Saya ikut bangganya, kalau ada pelajar yang mewakili Blitar keluar kota, dengan pakai batik itu sudah kelihatan Blitar nya," kata Linda.
Sebanyak 24 label yang melibatkan sekitar 100 perajin batik berkembang di Kota Blitar. Mereka mulai variatif dalam memproduksi batik khas Blitar, seperti mulai membuat batik tulis, jumput dan cetak. Pewarnaanyapun mulai bergeser ke pewarna alami yang didapat dari Solo. Batik khas Blitar, telah dibeli pelanggan dari berbagai kota di Indonesia, seperti Jakarta, Kalimantan dan Papua. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini