Kasihan! Keluarga ini Harus Tinggal di Gubuk Dekat Kamar Mandi Umum

Kasihan! Keluarga ini Harus Tinggal di Gubuk Dekat Kamar Mandi Umum

Enggran Eko Budianto - detikNews
Selasa, 19 Des 2017 18:30 WIB
Foto: Enggran Eko Budianto
Mojokerto - Potret kemiskinan masih terlihat nyata di Mojokerto. Seperti yang dialami keluarga Paeran (50). Selama tujuh tahun terakhir, dia bersama 2 anak dan istrinya harus tinggal di gubuk yang berada di halaman kamar mandi umum.

Bangunan dari bilik bambu seluas 5x4 meter di Dusun Pasinan, Desa Kepuhanyar, Mojoanyar itu lebih layak disebut gubuk. Kondisinya jauh dari kata layak sebagai tempat hunian. Masuk ke bangunan ini, kesan kumuh begitu kental.

Ruang tamu rumah sekaligus ruang keluarga hanya 1x3 meter. Selimut kumal menjadi alas agar penghuni rumah ini tak langsung bersentuhan dengan lantai semen yang kotor dan lemat saat ingin nonton TV. Tepat di sisi kiri ruangan ini, terdapat ruangan sempit seluas 1x1,5 meter.

Kasur biru yang tipis dan kumal teronggok di lantai. Ini lah tempat tidur Bagas Setiawan (21), putra pertama Paeran. Di sebelah ruangan ini terdapat dapur yang berbentuk lorong sempit. Hanya sebuah meja kecil dan rak piring yang menghiasi ruangan 1x2,5 meter itu.

Sementara di sisi kanan ruang tamu, terdapat kamar yang ukurannya paling luas, yakni 3x2 meter. Namun, kondisinya tak kalah memprihatinkan. Tempat tidur ini berisi kasur yang sudah lusuh. Sekat antara kamar tidur dengan ruang tamu hanya dari anyaman bambu yang sudah banyak berlubang.

"Saya sekeluarga sudah tujuh tahun tinggal di rumah ini, sebelumnya numpang di rumah tetangga. Karena tanahnya numpang milik desa, saya diminta bantu bersih-bersih kamar mandi umum," kata Paeran saat berbincang dengan wartawan di rumahnya, Selasa (19/12/2017).

Rumah berdinding anyaman bambu itu ditinggali Paeran beserta 2 anak laki-laki dan istrinya. Selain rumah tak layak huni, ternyata gubuk yang menjadi tempat berteduh keluarga Paeran ini berdiri di atas aset Desa Kepuhanyar. Tepatnya berada di halaman kamar mandi umum desa setempat.

Memang tak ada pilihan lain bagi keluarga Paeran selain menempati gubuk tersebut. Rumah warisan dari mertuanya di Dusun Pasinan, harus dia serahkan kepada adik iparnya. Paeran sendiri yang asli Ponorogo, juga tak mempunyai rumah.

"Sedih mas, ini kalau hujan bocor semua. Kerangka atap sudah lapuk dimakan rayap, saya takut roboh," keluhnya.

Kasihan! Keluarga ini Harus Tinggal di Gubuk Dekat Kamar Mandi UmumFoto: Enggran Eko Budianto

Belum lagi keluhan kedua putranya yang kerap mengalami gangguan kesehatan lantaran tidur di lantai. "Hampir setiap hari anak saya minta dikerokin karena masuk angin," terangnya.

Sementara penghasilan Paeran dari memulung rongsokan di TPA Randegan, hanya cukup untuk makan. "Sehari hanya dapat Rp 25 ribu, hanya cukup untuk makan," ujarnya.

Untuk memperbaiki tempat tinggalnya ini, Paeran nekat mengemis dari kampung ke kampung. Dengan mengayuh sepeda angin satu-satunya yang dia miliki, dia rela menempuh jarak puluhan kilometer mencari orang yang dermawan. Dia membawa serta surat keterangan tak mampu dari Desa Kepuhanyar.

"Saya sudah bingung cari jalan untuk merenovasi rumah saya. Sampai nekat ngemis, kemarin hanya dapat Rp 53 ribu," ungkapnya.

Sang istri Rukinah (53) sebenarnya tak mau berpangku tangan. Namun, terbatasnya keterampilan yang dia miliki, membuat ibu dua anak ini hanya mampu menjadi buruh tani dan buruh cuci pakaian. Itu pun penghasilannya tak menentu.

"Buruh ke sawah diupahi Rp 25 ribu, tapi endak tentu. Kadang ada yang nyuruh, kadang tidak. Seperti hari ini sepi," cetus Rukinah.

Jangankan untuk memperbaiki rumah, untuk membayar biaya sekolah putra ke duanya Richard Pabean (18) yang kini kelas XII SMK swasta di Kota Mojokerto, dia tak mampu. Belum lagi biaya berobat Bagas yang menderita epilepsi. Karena penyakit tersebut, anak pertamanya itu putus sekolah sejak kelas 1 SD.

"Kalau berobatnya Bagas pakai kartu KIS di Puskesmas Kedundung, kalau biaya sekolah Pabean sering dibantu gurunya, saya tak mampu biayai sendiri," jelasnya.

Rukinah berharap pemerintah memberi bantuan untuk memperbaiki tempat tinggalnya. "Minimal bisa menganti dinding yang rusak sama atap yang sudah lapuk," tandasnya. (bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.