"Ada sekitar 50 an lebih pesanan untuk bulan ini," tuturnya kepada detikcom, Selasa (19/12/2017).
Bapak dua orang anak ini menceritakan awalnya tak sengaja saat menebang pohon di belakang rumah. Dia menemukan pohon nangka yang sudah lapuk. Saat diamati ternyata tekstur kayunya empuk.
"Dari situ kepikiran kayu nangka dijadikan media lukis," ucapnya.
![]() |
Teknik melukisnya pun beda, tidak menggunakan kuas dan cat. Edi menggunakan solder yang ia modifikasi sedemikian rupa.
"Jadi seperti membakar kayu untuk membuat lukisan," katanya.
Pesanan pun datang dari berbagai kalangan, mulai orang tua dan remaja. Namun biasanya orang tua memesan lukisan wayang, sedangkan anak muda memesan sketsa wajah dan logo.
"Wayang harganya Rp 100 ribu, sketsa wajah Rp 150 ribu dan kalau minta gradasi warna mulai dari Rp 200 ribu," jelasnya.
Dia pun melakukan pemasaran dengan media sosial instagram. Pembeli pun datang dari berbagai daerah seperti Magetan, Solo, Surabaya, Batam, Kalimantan dan Bali. Selama ini dalam proses pembuatannya, Edi dibantu istri dan tetangganya. Sehari ia bisa membuat 3-4 gambar wayang.
![]() |
"Tapi biasanya sketsa wajah paling lama, karena dibakar jadi harus teliti, gradasi warna paling susah, salah gradasi atau salah bakar bisa berubah wajahnya, harus lebih teliti dan hati-hati," tukasnya.
Sementara itu hobi menggambar sejak kecil, mengantarkannya menjadi seniman lukis kayu nangka. Meski begitu, Edi mengaku kesulitan memperoleh kayu nangka lapuk. Jika diganti dengan kayu nangka hidup, teksturnya kurang bagus.
Namun meski hasil buatannya diminati pasar, Edi mengaku kesulitan bahan baku. Pasalnya, kayu yang digunakan harus kayu lapuk. Ia pun menyiasatinya dengan cara batang kayu nangka dipotong menyamping sehingga kelihatan lebar.
"Usai dilukis, kayu kemudian difinishing dengan pengeras kayu anti rayap dan pengawet batu, agar warna kayu tetap dan tidak mudah lapuk," pungkasnya. (fat/fat)