Seperti dilansir AFP, Senin (18/12/2017), para korban tewas kebanyakan berasal dari pulau kecil Biliran, Visaya, Filipina bagian timur.
Badai Kai-Tak menerjang Pulau Samar dan Leyte sejak Sabtu (16/12) waktu setempat. Badai tropis ini memutuskan aliran listrik untuk 39 kota, merusak jalanan dan jembatan setempat. Sekitar 87.700 orang terpaksa mengungsi dari rumah masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Namun tidak diketahui pasti apakah jumlah korban tewas ini sudah termasuk tiga korban tewas, termasuk balita berusia 2 tahun, yang diumumkan Sabtu (16/12) waktu setempat. Pejabat dari Badan Pengurangan Risiko dan Penanggulangan Bencana setempat, Sofronio Dacillo, menyebut para korban tewas itu berasal dari empat kota di Provinsi Biliran.
"Bebatuan sebesar mobil jatuh menimpa rumah-rumah dari semen setelah hujan deras terus mengguyur selama tiga hari berturut-turut. Ada enam keluarga yang tinggal di sana namun tidak mau dievakuasi," ucap Lilibeth Morillo dari Kepolisian Biliran kepada AFP.
Sekitar 15.500 penumpang terjebak di pulau-pulau yang dilanda badai karena layanan kapal feri terhenti. "Saya sudah terdampar selama tiga hari, tidur di dalam bus, dan saya hanya ingin segera pulang ke keluarga saya untuk Natal," ucap Eliaquin Pilapil (55), seorang petani yang terjebak di pelabuhan kota Matnog, Provinsi Sorsogon, akibat badai Kai-Tak ini.
Badai Kai-Tak dilaporkan mulai melemah pada Minggu (17/12) sore waktu setempat. Presiden Filipina Rodrigo Duterte dijadwalkan akan terbang ke area terdampak badai dalam waktu dekat.
"Ada banyak kehancuran di sana. Ada tempat-tempat yang jembatannya hancur dan saya ingin melihat sendiri apa yang bisa dilakukan pemerintah di sana," ucap Duterte dalam pernyataannya soal badai Kai-Tak.
![]() |
Badai Kai-Tak ini mengingatkan warga Filipina pada topan super Haiyan yang pada tahun 2013 lalu juga melanda wilayah Samar dan Leyte. Saat itu lebih dari 7.350 orang tewas atau hilang akibat topan Haiyan.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini