"Tadi saya sampai jalan dengan warga, itu kalinya hilang. Sungainya hilang. Kami jalan menyusur sungai bukan menyempit tapi hilang. Masuk di dalam rumah. Jadi di atas sungai itu ada rumah-rumah," kata Anies di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (13/12/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami jalan itu tertutup 100 persen. Lebarnya kira-kira tinggal 1 meter," tutur Anies.
Anies mengaku telah berbincang dengan warga terkait persoalan tersebut. Ia menyebut warga yang ditemuinya telah bersedia untuk digeser.
"Saya temui beberapa warga yang kebetulan sedang di sana yang rumahnya tepat di pinggir sungai. Bicara, kami harus perbaiki ini. Ibu harus geser, tidak mungkin tidak karena rumahnya ibu sudah menghalangi aliran sungai dan saya bilang pada beliau ini bukan soal melanggar aturan, bukan soal sekedar itu. Ini soal ibu tega tidak lihat tetangga ibu kebanjiran seperti itu? Tega nggak bu? Sebaik-baiknya orang, yang berikan manfaat. Lah ibu rumahnya nutupin sungai yang menderita itu tetangga-tetangga deket. Terus dia langsung 'iya pak, iya pak, saya mau pak'," tutur Anies.
Kendati demikian, Anies masih belum memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan untuk menata permukiman warga di sekitar Kali Pulo. Sebab, kata Anies, ada beberapa rumah yang memang perlu dilakukan relokasi, namun juga ada yang hanya perlu digeser.
"Kami belum tahu apakah relokasi atau sekadar kami kurangi," katanya.
Saat ditanya apakah normalisasi menjadi salah satu tindakan untuk menata permukiman warga, Anies tidak menjawab secara gamblang. Seperti diketahui, normalisasi sungai merupakan upaya untuk mengembalikan sungai ke keadaan semula, yang diiringi dengan penertiban permukiman di bantaran sungai.
"Eee tiap rumah beda-beda, ada yang memang rumahnya mepet sekali lalu cuma mundur, lalu ada yang rumahnya mepet sekali dan nggak ada belakangnya dan mungkin harus pindah," ujarnya. (aan/aan)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini