"Jadi di ruang isolasi ada 33 orang yang memang secara klinis dicurigai dengan difteri," kata Nila kepada wartawan di RSPI Sulianti Saroso, Jalan Sunter Permai Raya, Jakarta Utara, Senin (11/12/2017).
Dijelaskan Nila, dari 33 orang itu, 11 orang merupakan dewasa. Sedangkan sisanya, 22 orang, merupakan anak-anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Nila, anak-anak yang dirawat di ruang isolasi berusia 1-4 tahun. Dia sempat bertanya kepada orang tua pasien, ternyata anak-anak ini sebelumnya tidak diberi imunisasi.
"Antibodinya 60 persenan. Sedangkan anak yang lebih tua, itu lebih tinggi," jelas Nila.
"Jadi artinya, selama kurun waktu kurang-lebih 4-5 tahun ini, memang terbukti anak yang tadi kita tanyakan kepada ibunya, 'Anaknya diimunisasi nggak Bu?', 'Nggak', jawabnya. Jadi kenapa, tentu alasannya bisa dia buat, takut panaslah, segala macam, macam-macam takutnya," sambung Nila.
Tidak diberikannya imunisasi, menurut Nila, jadi penyebab utama kenapa kasus difteri meningkat di Indonesia. Daya tahan tubuh anak menurun sehingga gampang terinfeksi penyakit.
Nila juga bicara soal 11 pasien lain yang merupakan orang dewasa. "Pemberian vaksin difteri di Indonesia baru start tahun 1977, jadi kayak umur-umur saya nggak pernah dapat, ada kemungkinan saya juga bisa kena, jadi orang yang berisiko," ujarnya. (hri/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini