Perseteruan antara PKS dan Fahri berawal saat partai besutan Sohibul Iman itu memecat Fahri dari seluruh keanggotaan partai pada April 2016. Fahri dituduh telah melanggar disiplin organisasi dan tak patuh terhadap kebijakan partai.
Fahri melawan dengan menggugat PKS ke PN Jaksel dan mengadukan para petinggi PKS seperti Sohibul Iman, Hidayat Nur Wahid, Surahman Hidayat ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR. Bulan Desember 2016, PN Jaksel memenangkan gugatan Fahri dan menyatakan pemecatannya tidak sah. PKS kemudian mengajukan banding.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Fahri, PKS sejak awal banyak belajar dari gerakan Islam di seluruh dunia, termasuk NU dan Muhammadiyah. Namun, bagi Fahri, kini PKS sudah berubah.
"Sekarang, dengan kepemimpinan baru nampak semakin jauh dari nilai-nilai organisasi yang moderen. Feodalisme merebak dan hirarki jabatan dan kekuasaan menjadi sesuatu yang amat penting. Kritik jadi langka," kritik Fahri dalam cuitannya, Selasa (28/11).
Wakil Ketua DPR ini mengatakan, PKS yang sekarang bersikap anti-kritik. Ia juga menuding pimpinan PKS kaku.
"Sejak kapan PKS menjadi begitu kaku dengan jabatan? Seolah ada orang yang tidak mungkin salah dan tidak boleh disalahkan. Dari siapa ini semua dipelajari? Ini bukan tradisi zaman tarbiyah dulu juga bukan tradisi organisasi modern," ujarnya melontarkan kritikan tajam ke pimpinan PKS.
Baca juga: Perang Terbuka Fahri Hamzah Melawan PKS |
Petinggi PKS angkat bicara. PKS mengungkit soal pemecatan Fahri dari partai.
"Justru PKS punya budaya penegakan hukum yang tegas. Pak Fahri itu luar biasa, kader pendukungnya banyak, saya salah satu pendukung Pak Fahri. Tapi sudah Wakil Ketua DPR, eh keluar surat pemecatan," kata Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera saat dihubungi, Selasa (28/11). (dkp/van)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini