Putra Mahkota Saudi Ungkap Gebrakan Antikorupsi yang Jerat Bangsawan

Putra Mahkota Saudi Ungkap Gebrakan Antikorupsi yang Jerat Bangsawan

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 25 Nov 2017 17:56 WIB
Pangeran Mohammed bin Salman (SPA/arabnews.com)
Riyadh - Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, berbicara soal gebrakan antikorupsi yang menggemparkan dunia beberapa waktu lalu. Dia juga mengungkapkan proses di balik operasi antikorupsi yang digelar besar-besaran itu.

Hal ini diungkapkan Pangeran Mohammed bin Salman, yang biasa dipanggil M.B.S. dalam wawancara dengan media Amerika Serikat (AS), New York Times (NYT), beberapa waktu terakhir, seperti dikutip detikcom pada Sabtu (25/11/2017).

Setidaknya 11 pangeran dan 4 menteri Saudi ditangkap dalam operasi antikorupsi, awal November lalu. Total ada 201 yang ditangkap terkait dugaan korupsi dan penggelapan dana total senilai US$ 100 miliar (Rp 1.330 triliun).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat dimintai tanggapan soal opini yang menyebut gebrakan antikorupsi itu merupakan bagian dari upaya merebut kekuasaan, M.B.S. menjawab singkat: "Menggelikan."


M.B.S. juga menjelaskan, kebanyakan pejabat dan pangeran yang kini ditahan di hotel mewah Ritz Carlton telah secara publik menyatakan kesetiaan terhadap dirinya dan reformasi yang tengah diupayakannya. Dia juga mengklaim 'mayoritas keluarga kerajaan' berada di belakangnya.

"Negara kami banyak menderita dari korupsi sejak tahun 1980-an hingga sekarang. Penghitungan dari para pakar adalah secara kasar 10 persen dari seluruh pengeluaran pemerintah disedot oleh korupsi setiap tahun, dari level atas hingga ke bawah," jelas M.B.S. dalam wawancara dengan NYT.

"Bertahun-tahun pemerintah meluncurkan lebih dari satu 'perang melawan korupsi' dan semuanya gagal. Mengapa? Karena semuanya dimulai dari bawah ke atas," imbuhnya.


Saat Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud naik takhta pada tahun 2015, dia bersumpah untuk menghentikan semua korupsi. Selama lima dekade menjabat Gubernur Riyadh, Raja Salman tidak pernah terseret satupun dakwaan korupsi.

"Awal tahun 2015, salah satu perintah pertamanya kepada timnya adalah mengumpulkan seluruh informasi soal korupsi -- di level atas. Tim ini bekerja selama dua tahun hingga mereka mengumpulkan informasi paling akurat, dan mereka mendapat sekitar 200 nama," terang M.B.S.

Saat semua data telah siap, jaksa penuntut umum Saudi al-Mojib langsung beraksi. M.B.S. menyebut setiap miliarder atau pangeran yang ditangkap diberi dua pilihan.

"Kami menunjukkan kepada mereka semua dokumen-dokumen yang kami punya dan segera setelah mereka melihatnya, sekitar 95 persen sepakat untuk penyelesaian," ucapnya, merujuk pada kesepakatan untuk menyerahkan dana atau saham terkait korupsi kepada Departemen Keuangan Saudi.


"Sekitar 1 persen, mampu membuktikan mereka bersih dan kasus mereka digugurkan. Sekitar 4 persen menyatakan mereka tidak korup dan ingin melanjutkannya ke pengadilan dengan pengacara mereka," imbuh M.B.S. sembari menegaskan bahwa jaksa penuntut umum di Saudi sangat independen dan tidak bisa diintervensi.

M.B.S. menyadari tidak mungkin dirinya bisa memusnahkan semua korupsi dari level atas ke level bawah. Namun paling tidak, sebutnya, gebrakan semacam ini akan memberikan sinyal bahwa para koruptor tidak akan lolos. Saat ditanya mengapa kinerja dan aksinya terkesan terburu-buru, seperti kehabisan waktu, M.B.S. memiliki jawaban yang matang.

"Karena, saya takut di hari saya mati, saya akan mati tanpa mencapai hal-hal yang ada di pikiran saya. Hidup terlalu singkat dan banyak hal bisa terjadi, dan saya sungguh ingin melihatnya dengan mata saya sendiri -- dan itulah mengapa saya terburu-buru," tandasnya.

(nvc/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads