Hal tersebut dicetuskan Putra Mahkota Saudi dalam wawancara dengan media New York Times yang dirilis hari Kamis (23/22/2017) waktu setempat. Komentar ini tentunya akan makin meningkatkan perang kata-kata antara kedua negara berseteru itu.
Dalam wawancara tersebut, Pangeran Mohammed menyarankan agar ekspansi pengaruh Iran di bawah kendali Ayatollah Ali Khamenei perlu dihadapi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun kami belajar dari Eropa bahwa kebijakan penenangan tidak berhasil. Kami tak ingin Hitler baru di Iran mengulangi apa yang terjadi di Eropa di Timur Tengah," kata Mohammed kepada New York Times seperti dikutip kantor berita Reuters, Jumat (24/11/2017).
Ketegangan meningkat bulan ini setelah Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri yang merupakan sekutu Saudi, mengumumkan pengunduran dirinya secara mengejutkan dalam tayangan televisi dari Riyadh. Alasannya, adanya pengaruh Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon dan risiko akan keselamatan jiwanya.
Hizbullah menyebut langkah tersebut sebagai tindakan perang yang dirancang oleh otoritas Saudi. Pemerintah Saudi membantah hal ini. Sekembalinya ke Lebanon, Hariri menunda pengunduran dirinya.
Dalam wawancara dengan New York Times, Mohammed juga bicara tentang serangan-serangan udara yang dilancarkan Saudi dan koalisi di Yaman. Perang tersebut bertujuan untuk mengalahkan para pemberontak Houthi yang menguasai sebagian wilayah Yaman. Menurut Mohammed, perang tersebut berjalan sesuai rencana dan sekutu-sekutu Saudi telah berhasil menguasai kembali sekitar 85 persen wilayah Yaman. (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini