"UNHCR belum melihat rincian kesepakatan," demikian pernyataan Badan Pengungsi PBB atau UNHCR seperti dilansir AFP, Sabtu (25/11/2017).
Pernyataan UNHCR itu merujuk pada kesepakatan yang ditandatangani oleh Myanmar dan Bangladesh pada Kamis (23/11) waktu setempat. Tercatat sekitar 620 ribu pengungsi Rohingya kini berada di Bangladesh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Para pengungsi masih melarikan diri, dan banyak yang mengalami tindak kekerasan, pemerkosaan, dan terkena dampak psikologis mendalam... Sebagian besar hanya memiliki sedikit harta atau tidak memiliki apa-apa untuk kembali, rumah dan desa mereka hancur," imbuh pernyataan UNHCR itu.
"Sangat penting agar kepulangan (pengungsi Rohingya-red) tidak dilakukan secara tergesa-gesa atau terlalu dini," imbau UNHCR dalam pernyataannya.
Myanmar menghadapi kritikan internasional terkait krisis Rohingya yang terjadi di wilayahnya. Operasi militer Myanmar di Rakhine disinyalir sarat kekerasan terhadap etnis minoritas muslim Rohingya di Rakhine.
Sedangkan Bangladesh menuai pujian internasional karena mengizinkan pengungsi Rohingya masuk ke wilayahnya, meskipun pergerakan mereka dibatasi. Bangladesh juga tidak ingin pengungsi Rohingya tinggal di wilayahnya.
Pekan ini, otoritas Bangladesh menyatakan kesepakatan telah dicapai dengan pemimpin sipil Myanmar, Aung San Suu Kyi, yang akan mengawasi pemulangan pengungsi Rohingya, yang akan dimulai dalam dua bulan ini.
(nvc/nkn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini