"Bahkan ini menunjukkan fakta bahwa banyak kejanggalan dari proses penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian dan sekaligus membuktikan pentingnya dibentuk TGPF," kata Dahnil, Sabtu (25/11/2017).
TGPF, menurut Dahnil, penting dibentuk karena penanganan kasus teror terhadap Novel dinilai lambat. Sketsa terduga pelaku teror pertama kali dirilis pada 31 Juli 2017.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sketsa yang dirilis Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Istana berbeda dengan sketsa terduga pelaku yang dirilis Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Aziz, Jumat (24/11).
"Kedua sketsa yang dihasilkan berbeda dengan sketsa yang dirilis oleh Kapolri ketika beliau dipanggil Presiden Joko Widodo. Apakah yang dimaksud dengan perkembangan baru adalah perbedaan itu? Dan kenapa bisa berbeda? Itu justru menjadi pertanyaan besar," sambungnya.
Salah satu sketsa, lanjut Dahnil, mengidentifikasikan salah satu terduga yang sempat diperiksa polisi. Namun orang tersebut dilepas karena, menurut polisi, memiliki alibi kuat tidak terkait teror Novel.
"Perkembangan positif akan signifikan membuka fakta, apabila dibentuk TGPF, dari kejanggalan-kejanggalan cara kerja polisi tersebut kami khawatir kasus ini justru akan semakin kabur," ujarnya.
Terkait penyelidikan teror ke Novel, tim kepolisian sudah memeriksa 66 saksi dalam waktu 3 bulan. Tim Polda Metro juga mendapatkan petunjuk dari penajaman gambar CCTV yang dilakukan Australian Federal Police (AFP).
Baca juga: Kapolri Tunjukkan Sketsa Terduga Peneror Novel, Ini Cirinya
Penyelidikan ini diawasi langsung tim audit investigasi Mabes Polri. Tim audit investigasi ini dipimpin langsung oleh Kabid Propam Polri dan dibantu sejumlah jenderal bintang 1 dari Irwasum dan Bareskrim Polri.
Terkait sketsa yang dirilis Kapolda Metro Jaya, gambaran terduga pelaku teror didapat polisi dari keterangan dua saksi berinisial S dan SN.
Pada sketsa pertama, tampak seorang berambut cepak dengan kulit agak gelap. Sedangkan pada sketsa kedua, tampak seseorang dengan kulit lebih terang serta rambut yang lebih panjang.
Novel Baswedan mengalami teror penyiraman air keras setelah menunaikan salat subuh di masjid dekat rumahnya pada 11 April 2017. Novel kini tengah menjalani perawatan di Singapura. (fdn/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini