Museum Trinil Sepi, Sekolah di Ngawi Diwajibkan Mengunjungi

Ngawi - Museum nasional Trinil di Ngawi sepi pengunjung. Untuk menyiasatinya, Pemkab Ngawi mewajibkan sekolah yang ada di Ngawi untuk melakukan kunjungan secara bergiliran.

"Kami programkan wajib kunjungan bagi sekolah di Ngawi agar Museum Trini tidak sepi. Mmekanismenya seperti apa, silakan ke Dinas Pariwisata dan Dinas Pendidikan," jelas Bupati Ngawi Budi Sulistiyono saat dihubungi detikcom Jumat (24/11/2017).

Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Ngawi bersama Dinas Pendidikan ternyata sudah bergerak. Dua dinas tersebut sudah melakukan sosialisasi tentang kewajiban tersebut.

"Betul, kami sudah mencanangkan program tersebut untuk meningkatkan minat berkunjung ke Museum Trinil yang menjadi icon Ngawi. Secara bergilir tiap sekolah wajib berkunjung," jelas Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Ngawi Yulianto.

Dari data Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi, terdapat 1.013 sekolah di Ngawi yang tersebar di 19 Kecamatan. Dengan rincian, TK dan Paud 411 sekolah, SD 532 sekolah, SMP negeri dan swata 70 sekolah.

"Museum Trinil merupakan bagian dari sejarah yang ada dalam materi sekolah. Jadi wajib dikunjungi sekolah-sekolah di Ngawi secara bergilir," jelas Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi Abimanyu.

Pintu masuk ke Museum Trinil (Foto: Sugeng Harianto)

Museum Trinil Ngawi berdiri di tahun 1891. Museum ini dibangun oleh Eugene Dubois. Museum Trinil menyimpan ribuan fosil binatang termasuk fosil manusia Pithecanthropus Erectus

Museum yang terletak di 15 kilometer barat pusat Kota Ngawi ini, memiliki cerita di balik pendiriannya. Sejarah tersebut telah tertulis dalam buku Panduan Museum Trinil.

Sejarah berdirinya Museum Trinil berawal dari penemuan fosil Pithecanthropus Erectus oleh Eugene Dubois, seorang pejabat kedokteran tentara kolonial Belanda. Untuk memperingati kejadian tersebut, dibuatlah tugu berisi gambar anak panah dengan arah timur laut yang bertuliskan P.e 175 m.

Dari arah jarak itu bertempat di temukanlah bekas penggalian fosil Pithecanthropus Erectus yang berada di pinggir aliran bengawan Solo.

Harga retribusi masuk ke Museum Trinil sangat murah. Untuk dewasa dan pelajar Rp 3.000, sementara untuk anak hanya Rp 1.000. Bahkan pada bulan Agustus, Museum Trinil yang ada di Dusun Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi, itu menggratiskan tiket masuk. Hal ini berdasarkan iimbauan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menggratiskan semua museum yang di bawah naungannya. (iwd/iwd)