"Dengan terselesainya penyelamatan sandera kali ini dalam kaitan Satgas terpadu maka kami menghaturkan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan TNI. Sehingga upaya penyelamatan masyarakat yang tersandera dapat terlaksana dengan baik," kata Boy dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (17/11/2017).
Menurut Boy, prajurit TNI yang terlibat dalam operasi pembebasan sandera ini antara lain dari unsur Kopassus, pasukan Raider 751 30 dan Kostrad. Mereka tergabung dalam Tim Satgas Terpadu TNI-Polri.
Operasi pembebasan didahului dengan pengintaian oleh prajurit TNI dan Polri. Ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya serangan dari kelompok KKB. Melihat adanya pergerakan dari prajurit TNI dan Polri, kelompok penyandera kabur ke hutan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Boy, Satgas Terpadu TNI-Polri terpaksa mengerahkan prajurit ke Kimberly dan Bunti karena upaya negosiasi yang dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama tak membuahkan hasil. Para penyandera selalu memaksakan keinginannya.
"Kita lihat mereka lebih banyak maunya. Kita pikir ini apa gerombolan seenaknya. Langung kami TNI dan Polri kuatkan gerakan untuk membebaskan sandera," kata Boy.
Prajurit TNI dan Polri mulai bergerak ke Kimbely dan Bunti sekitar pukul 8 pagi. Upaya pembebasan hingga proses evakuasi selesai sekitar 5 jam kemudian.
Menurut data Humas Polri, sebanyak 345 warga sudah berada di bawah perlindungan aparat dan secara bertahap akan diberangkatkan ke Tembagapura.
Operasi ini dipimpin langsung Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar, Pangdam XVII Cendrawasih Mayjen TNI George Elnadus Supit dan Asisten bidang Operasi Kapolri, Irjen M Iriawan. (erd/nkn)