"Kita reguler (APBN) tahun ini, dapat 150 hektare pengembangan kawasan cabai rawit. Mengacu di pedum, 20 persennya untuk pengembangan bibit yaitu sebanyak 30 hektare berupa bibit cabai dalam polibex, yang kita sebar di 33 kecamatan. Satu kecamatan dapat 3 ribu bibit diserahkan oleh PKK dan Dharma Wanita," terang Kabid Hortikultura Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Meneil Wahyungningsih kepada detikcom, Rabu (25/10/2017).
Dikatakan Meneil, bibit dalam polibex yang disebar ke 33 kecamatan bertujuan untuk menstabilkan harga di wilayah produksi cabai rawit.
"Tujuannya untuk stabilkan harga, yang 120 hektare sudah masuk lelang dan nanti diberikan kepada 19 kelompok tani," beber Meneil.
Ditambahkan, Kelompok Tani (poktan) yang memperoleh bantuan pengembangan kawasan cabai menyebar di sejumlah kecamatan.
"19 Poktan penerima, tersebar mulai Kasembon, Ngantang, Pujon, Karangploso, Turen, hingga Sumberpucung. Kita targetkan mulai akhir Oktober nanti sudah berjalan, tiga bulan ke depan secara bertahap memasuki panen," terangnya.
Dalam proses lelang pengadaan fasilitas bantuan untuk mendukung pengembangan cabai rawit senilai Rp 4,3 miliar, dimenangkan CV Tri Cahya Suminar beralamatkan di Gang Irawan, Jurugentong, Bantul, Yogyakarta.
Lantas berapa target produksi cabai hasil bantuan pengembangan kawasan itu? Meneil mengaku, dalam satu hektare ditargetkan produksi cabai sebesar 7 sampai 8 ton. "Jika pengembangan kawasan bantuan pemerintah pusat sebanyak 120 hektare, tinggal menjumlahnya saja," tegasnya.
Dia menjelaskan APBN-Perubahan Kabupaten Malang juga mendapatkan tambahan pengembangan kawasan cabai sebanyak 100 hektare. Jika ditotal pada 2017 ini, jumlah bantuan sebanyak 220 hektare.
"APBN-P kita dapat tambahan 100 hektare, jadi totalnya 220 hektare untuk pengembangan kawasan cabai," bebernya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini