Dilansir dari The Guardian, Rabu (4/10/2017), hasil penelitian baru saja diungkap hari ini. Tim riset terutama memusatkan penelitian mereka terhadap cuaca ekstem di New South Wales dan Victoria.
Konferensi Perubahan Iklim di Paris pada 2015 lalu menyepakati salah satunya ambang batas kenaikan suhu bumi yang disepakati yakni di bawah 2 derajat celcius. Kesepatan tersebut selanjutnya disebut Paris Agreement.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peneliti utama dari penelitian ini, Dr Sophie Lewis, menyatakan Melbourne dan Sydney bisa saja mengalami musim panas dengan suhu mencapai 50 derajat beberapa tahun mendatang dengan kenaikan suhu maksimal 2 derajat celcius per tahun.
Tim peneliti kemudian menyimpulkan hal tersebut dapat dihindari dengan menekan pemanasan global di angka 1,5 derajat celcius.
"Studi kami ingin melihat berapa suhu maksimum di musim panas yang ekstrim di masa depan. Itulah yang perlu kita ketahui untuk merencanakan masa depan. Kami tahu bahwa dua tingkat (2 derajat celcius) pemanasan global tidak terdengar seperti peningkatan, namun kenyataannya akan menyebabkan kejadian cuaca ekstrem menjadi lebih parah," jelasnya.
Lewis menyatakan, pemerintah juga dianggap perlu memikirkan bagaimana sistem transportasi umum dalam menghadapi keadaan suhu ekstrim. Serta menghadapi bagaimana seandainya banyak laporan tentang orang yang rentan terhadap panas.
"Satu-satunya yang bisa kita lakukan untuk mencegah cuaca ekstrem ini adalah mengurangi emisi gas rumah kaca secepat dan sekuat yang kita bisa, meskipun beberapa pemanasan sudah terkunci di sistem sehingga kita akan melihat peningkatan suhu ekstrem di luar," tutur Lewis. (rna/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini