"Jenis ikan parinya dalam perdagangan namanya mondol/gitar. Dari Jepara," kata pemilik galeri sekaligus bengkel kerajinan kulit ikan pari di Boyolali, Wawan Purnomo, Senin (18/9/2017).
Bahan baku kulit ikan pari tersebut, lanjut dia, di Jepara masih cukup melimpah. Bahkan, yang diambilnya itu hanya sebagian kecil saja. Hanya 300 hingga 400 lembar per bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usaha kerajinan kulit ikan pari sudah digeluti Wawan Purnomo sejak tahun 2008 lalu. Berbekal keahliannya dalam proses kulit, dia mulai membuka usaha tersebut dengan membuat dompet.
Sebelumnya, lanjut Wawan, dia bekerja di pabrik pengolahan kulit di Medan. Bulan November 2008 dia pulang ke Dukuh Sambon RT 08/02 Desa Sambon, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.
Dia memulai usaha tersebutdari nol. Karena tidak ada modal, awalnya dia membuka jasa pengolahan kulit. Wawan menghubungi rekan-rekannya yang membuka usaha kerajinan dari kulit. Akhirnya tawaran jasa pengolahan kulit itu datang. Rekannya di Jakarta mempercayakan proses kulit ke Wawan.
"Dari sini kemudian bisa menabung dan akhirnya bisa ikut membeli kulit untuk diproses sendiri sedikit demi sedikit," terangnya.
Setelah memiliki bahan baku kulit sendiri, Wawan pun mencari tukang untuk menjahitnya. Berbekal dua mesin jahit sewaan, Wawan memulai usaha.
"Kerajinan yang pertama kali saya buat, dompet," katanya.
Usahanya terus berkembang hingga sekarang. Pemkab Boyolali, yang memberikan perhatian kepada pelaku UMKM saat itu memberikan bantuan dua mesin jahit.
"Bupati Boyolali waktu itu Pak Sri Moeljanto, memberikan bantuan dua mesin jahit. Lumayan, mesin jahitnya tidak sewa lagi," ucapnya.
Kini tak hanya dompet saja, tetapi juga membuat tas untuk ibu-ibu, ikat pinggang hingga gantungan kunci.
"Modal awal saya sekitar Rp 10 juta," imbuhnya.
Pemasarannya, selama ini dia rutin mengirim barang kepada koleganya di Jakarta. Selain itu, pemasaran melalui pameran-pameran disejumlah kota di Indonesia dan secara online.
Ada pula pembeli yang datang langsung ke galerinya.
Kerajinan kulit ikan pari ini pula merupakan salah satu produk UMKM yang dibawa Pemkab Boyolali, dalam gelaran Festival Indonesia di Moscow, Rusia awal Agustus 2017 lalu. Belum lama ini, beberapa orang dari Swiss juga ada yang datang langsung ke galerinya, membeli sejumlah produk untuk dibawa dan dipasarkan di Swiss.
Usaha kerajian yang diberi nama Zalfa Leather itu pun terus berkembang hingga sekarang.
"Nilainya Rp 10 jutaβRp 15 juta. Produk yang diminta yang unik-unik. Seperti untuk membalut saklar lampu. Frame kacamata," jelasnya. (sip/bgs)