Jenderal Myanmar Salahkan Rohingya Sebagai Penyebab Krisis

Jenderal Myanmar Salahkan Rohingya Sebagai Penyebab Krisis

BBC World - detikNews
Senin, 18 Sep 2017 09:31 WIB
Ratusan ribu pengungsi Rohingya tiba di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh menyusul aksi kekerasan terhadap mereka. (Reuters)
Yangon - Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar menyalahkan kaumRohingya atas krisis yang menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi keBangladesh.

Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan kaum Rohingya "tak pernah menjadi kelompok etnik" dan menuduh "ekstremis" berupaya untuk menguasai negara bagian Rakhine.

Pada laman Facebooknya, Minggu (17/09), Min Aung Hlaing mengajak warga dan media Myanmar untuk bersatu terhadap "masalah" Rohingya.

Dia mengatakan operasi militer dimulai setelah 93 kali bentrokan dengan "ekstremis Bengali" - merujuk pada kelompok Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA)- yang dimulai 25 Agustus lalu.

Rohingya, myanmar Panglima Angkatan Bersenjata Myanamr, Jenderal Min Aung Hlaing, menuding kekerasan yang dilakukan kelompok milisi ARSA merupakan upaya untuk membangun kekuatan di negara bagian Rakhine. (EPA)

Kekerasan yang dilakukan ARSA, kata dia, merupakan upaya terorganisir untuk membangun basis kekuatan di negara bagian Rakhine.

"Mereka meminta diakui sebagai Rohingya, yang tidak pernah menjadi sebuah kelompok etnik di Myanmar. Isu (orang) Bengali merupakan sebuah masalah nasional dan kita harus bersatu untuk menegakkan kebenaran," sebut Jenderal Min Aung Hlaing dalam unggahannya.

Militer Myanmar yang dipimpinnya dituduh menargetkan warga sipil dalam serangan yang menyebabkan orang Rohingya mengungsi ke negara tetangga.

Myanmar membantah tuduhan ini, dan mengatakan tindakan itu merupakan respon atas serangan yang dilakukan kelompok milisi ARSA.

Rohingya. Bangladesh akan membatasi gerak warga Rohingya. (AFP)myanmar Desa Gaw Du Thar Ya dibakar dengan sengaja. (BBC)


Kesempatan terakhir

Dalam wawancara di program HARDtalk BBC menjelang Sidang Umum PBB, Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa Aung San Suu Kyi memiliki kesempatan terakhir untuk menghentikan serangan militer Myanmar terhadap etnik Rohingya.

"Jika dia tidak membalikkan situasi saat ini, maka saya pikir tragedi itu akan sangat mengerikan, dan sangat disayangkan saya tidak dapat melihat bagaimana ini dapat diselesaikan di masa mendatang," kata Guterres.

Kelompok milisi ARSA menyerang kantor polisi Myanmar di bagian utara Rakhine pada 25 Agustus lalu, menewaskan 12 orang aparat keamanan.

Aksi itu dibalas militer Myanmar dengan membakar desa-desa dan menyerang warga sipil agar keluar dari wilayahnya.

PBB memperingatkan serangan terhadap Rohingya- yang sebagian besar merupakan warga Muslim, yang merupakan minoritas di negara dengan 90% populasi beragama Buddha- dapat dianggap sebagai pembersihan etnik.

(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads