Ia mendesak pendahulunya di Nobel perdamaian, Aung San Suu Kyi yang sekarang merupakan pemimpin de facto Myanmar, untuk berbicara tegas membela kaum Rohingya.
"Kita tak bisa bungkam. Jumlah yang terusir dari kampungnya sudah mencapai ratusan ribu," kata Malala kepada BBC.
- Menlu RI serahkan formula, pelapor khusus PBB dan Malala kritik Suu Kyi
- Borobudur siaga satu, mengapa krisis Rohingya jadi masalah Indonesia?
- Malala gadis peraih Nobel diterima di Universitas Oxford
Berbicara di Oxford, tempatnya yang baru sesudah diterima di univrsitas kota itu yang terkenal, ia menegaskan bahwa masyarakat internasional harus bereaksi terhadap Krisis Rohingya.

Para pengungsi Rohingya berusaha mencapai Bangladesh, dengan berjalan kaki. (Reuters)
Pegiat HAM ini adalah korban selamat dari upaya pembunuhan Taliban pada tahun 2012 kendati menderita luka tembak di kepalanya.
Ia diincar Taliban karena mempromosikan pendidikan bagi anak-anak perempuan.
Masalah hak asasi manusia"Saya kira kita tidak bisa membayangkan barang satu detik sekalipun, bagaimana kalau kewarga-negaraan kita, hak kita untuk hidup di negara kita, diingkari sepenuhnya," kata Malala.
"Warga terusir dari kampung mereka dan mengalami kekerasan. Ini masalah hak asasi manusia. Pemerintah di seluruh dunia harus bereaksi."
- Siapa sebenarnya etnis Rohingya dan enam hal lain yang harus Anda ketahui
- Krisis Rohingya: Bagaimana akuntabilitas para penggalang dana bantuan masyarakat?
- Kesaksian wartawan BBC di Rakhine: 'Saya melihat desa Muslim sengaja dibakar'
"Anak-anak tidak bisa sekolah, tidak bisa mendapat hak-hak dasar mereka, dan hidup dalam situasi terorisme, Kehidupan begitu berat karena begitu banyak kekerasan di sekeliling mereka," kata Malala.
"Kita perlu bangun untuk menanggapinya. Dan saya harap Aung Sang Suu Kyi menanggapinya pula," katanya.
(ita/ita)