Demokrat Mau Buat Poros Baru, Ridwan Kamil Terancam Tak Dapat Tiket

Pilgub Jabar 2018

Demokrat Mau Buat Poros Baru, Ridwan Kamil Terancam Tak Dapat Tiket

Elza Astari Retaduari - detikNews
Rabu, 06 Sep 2017 12:22 WIB
Ridwan Kamil (Mochamad Solehudin/detikcom)
Jakarta - Partai Demokrat mengajak PAN dan PPP membuat poros baru di Pilgub Jawa Barat. Bila tiga partai ini benar jadi membuat poros baru, Ridwan Kamil pun terancam tak bisa mendapat tiket untuk maju sebagai cagub.

Hal tersebut lantaran PAN dan PD sebelumnya diharapkan merapat ke Partai NasDem dan PKB, yang telah memastikan mendukung Ridwan Kamil. Syarat untuk mencalonkan diri di Pilgub Jabar, nama-nama potensial calon butuh 'kendaraan parpol' sesuai dengan peraturan dari Komisi Pemilihan Umum.

Adapun syaratnya adalah 20 persen dari jumlah kursi di DPRD Jabar atau 25 persen perolehan suara parpol atau gabungan parpol. Untuk 20 persen di DPRD, itu berarti jumlahnya adalah 20 kursi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini baru NasDem (5 kursi) dan PKB (7 kursi) yang menyatakan mendukung Wali Kota Bandung tersebut. Itu berarti mereka masih harus menggandeng parpol lain untuk melengkapi 8 kekurangan kursi. Dua partai lain yang digadang-gadang siap merapat adalah PAN (4 kursi) dan PPP (9 kursi).

Bahkan awalnya pria yang akrab disapa Emil itu berharap kader PAN, Bima Arya, maju menjadi pendampingnya. Namun belakangan, permintaan Emil itu ditolak Bima Arya.


Dengan PPP sendiri, Emil sudah memperlihatkan kedekatan. Setelah ditolak oleh Bima Arya, Emil bertemu dengan kader PPP, Uu Ruzhanul Ulum, yang disebut-sebut sebagai bakal cawagub Jabar.

Namun dinamika Pilgub Jabar semakin mencair. Terbaru, Demokrat, yang memiliki 12 kursi di DPRD Jabar, mengajak PAN dan PPP untuk membuat poros baru dengan memunculkan tokoh-tokoh alternatif baru. Selama ini ada tiga figur yang digadang-gadang akan maju di Pilgub Jabar, yaitu Ridwan Kamil, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, dan Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar.

"Harapannya ada calon baru, yang selama ini barangkali di luar yang sudah ada, itu harapan yang dibuat partai (koalisi)," kata Ketua DPD Demokrat Jabar Iwan Sulandjana, Rabu (6/9).

Demokrat pun mengajukan tiga nama tokoh alternatif baru itu. Namun yang diajukan ketiganya adalah kader Partai Demokrat. Selain Iwan sendiri, dua nama lainnya adalah Dede Yusuf dan Herman Khaeron, yang sama-sama merupakan anggota DPR RI.


"Selama ini seperti ada penggiringan, calon hanya itu itu saja. Saya dengan PPP dan PAN ingin membuat poros baru dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa calon itu banyak," jelas Iwan.

Sementara itu, dua poros lain yang telah terbentuk adalah kubu PDIP (20 kursi) dan Golkar (17 kursi) meski belum memutuskan tokoh siapa yang akan diusung. Namun dikabarkan, poros ini siap mengusung Dedi Mulyadi.

Perkembangan terbaru, Hanura (3 kursi), yang awalnya mengisyaratkan akan mendukung Emil, punya manuver baru. Partai pimpinan Oesman Sapta Odang (OSO) ini kini tampaknya akan bergabung dengan poros PDIP-Golkar.

"(Koalisi dengan) yang ada kemiripan warna, kayak merah (PDIP) dan kuning muda (Golkar), nggak jauh-jauh amat. Saya tidak berhak menyebut nama, tidak boleh melampaui kewenangan DPP partai," ujar Ketua DPD Hanura Jabar Aceng Fikri, Senin (4/9). PDIP pun sudah mengapresiasi isyarat dari Hanura itu.


Kemudian poros terakhir yang sudah ada adalah koalisi Gerindra (11) dan PKS (12). Kedua partai ini sudah memastikan akan mengusung Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu.

Dengan peta terbaru, agaknya membuat posisi Ridwan Kamil terjepit. Pasalnya, bila hanya diusung NasDem dan PKB, tentu saja Emil tak bisa mendapat tiket untuk maju di Pilgub Jabar.

Hanya, Emil belum patah semangat. Dia bermaksud menemui Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono untuk menggenapkan dukungan.

"Sedang dikondisikan (bertemu). Tidak mudah bertemu mantan presiden," ujar Emil kepada wartawan, Selasa (5/9).

Disinggung apakah yakin akan mendapat dukungan setelah pertemuan tersebut, Emil mengaku optimistis. "Kan komunikasi. Yakin atau nggak, yakin saja," imbuhnya. (elz/tor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads