Otoritas Bangladesh mengusir puluhan pengungsi Rohingya dan melarang ribuan pengungsi lainnya untuk masuk wilayahnya sejak Jumat (25/78) lalu. Bentrokan terbaru antara militer Myanmar dengan militan lokal di Rakhine memaksa warga Rohingya berbondong-bondong mengungsi.
Badan Pengungsi PBB menyatakan sekitar 5.200 warga Rohingya berhasil melintasi perbatasan Bangladesh dalam tiga hari terakhir. Namun kebanyakan pengungsi Rohingya dihentikan di perbatasan Bangladesh. Bahkan beberapa di antaranya ditembaki saat berkumpul di 'garis nol' yang merupakan titik paling utara pada perbatasan Myanmar-Bangladesh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pejabat Bangladesh yang enggan disebut namanya ini, menyatakan situasi di perbatasan masih 'labil'. Beberapa titik perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh dipisahkan oleh Sungai Naf.
"Semalam kami mendengar suara baku tembak dengan senapan otomatis dan melihat asap membubung dari desa-desa yang terbakar di seberang perbatasan," imbuh pejabat perbatasan Bangladesh ini.
Seorang pejabat penjaga perbatasan lainnya memperkirakan ada lebih dari 10 ribu pengungsi Rohingya yang tidak jelas nasibnya. Kebanyakan dari mereka diyakini bersembunyi di kawasan perbukitan dan hutan dekat perbatasan.
Penjaga perbatasan Bangladesh diperintahkan untuk tidak mengizinkan para pengungsi Rohingya itu masuk. "Bagaimana bisa saya melarang seorang bayi yang baru lahir yang kedinginan untuk masuk?" ucap penjaga perbatasan yang juga enggan disebut namanya ini.
Dengan sekitar 400 ribu warga Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsian yang kumuh di wilayahnya, pemerintah Bangladesh menginstruksikan penjaga perbatasan untuk mencegah aliran pengungsi bagaimanapun caranya. Instruksi ini menuai kecaman dari PBB, yang menyebut larangan ini 'sangat membahayakan' nyawa pengungsi Rohingya.
(nvc/nkn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini