"Pada awalnya ini hanya masalah IMB yang belum terbit dari pemda Tuban. Itu mestinya diselesaikan dengan baik," ujar Tashudi (30), warga Tuban yang juga Ketua Gusdurian dan Pengurus Lakspendam NU Tuban, kepada detikcom, Rabu (9/8/2017).
Tashudi mengatakan yang penting patung itu bukan untuk disembah. Kenyataannya, patung ini adalah monumen di dalam area kelenteng. Potensi wisatanya juga bisa dimanfaatkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Hati-hati Provokasi, Stop Polemik Patung di Tuban
Sementara itu, Ketua Muhamadiyah Tuban Nurul Yaqin berharap masalah patung dewa bisa diselesaikan pemerintah. Dia juga mengritik pihak kelenteng. Sebelum patung itu dibangun, seharusnya dilihat juga rasa keadilan, kebersamaan, kepantasan, dan telah memenuhi prosedur yang ditentukan.
"Harapannya, pemerintah Tuban segera bisa menyelesaikan dengan baik dan kondusif dan kelenteng mestinya membangun harus melihat rasa keadilan, kebersamaan, dan kepantasan, serta memenuhi prosedur yang telah ditentukan," tegas Nurul Yaqin kepada detikcom.
detikcom juga berbincang dengan pihak kelenteng. Alim Sugiantoro sebagai Ketua Penilik Kelenteng Kwan Sing Bio mengatakan patung Dewa Khong Co Kwan Sing Tee Koen dibangun Insinyur Djuli Kurniawan dari Surabaya, anak pematung Hadi Purnomo.
Patung setinggi 30 meter dengan diameter 5 meter itu dikerjakan 17 orang dan 50 tukang. Patung ini dibangun dari uang donasi Hindarto dan Lie Suk Chen dari Surabaya dengan biaya Rp 1,5 miliar.
Baca Juga: Patung Dewa di Kelenteng Tuban yang Dirundung Masalah
"Ada 17 orang yang bantu Pak Djuli. Mereka juga pandai membuat patung. Bahkan untuk tukang dan kuli semua warga Tuban. Lama pengerjaan monumen hingga selesai itu butuh waktu nyaris satu tahun lamanya," kata Alim.
Menurut dia, patung ini dimaksudkan sebagai daya tarik wisata di Tuban karena memecahkan rekor Muri. Namun akhirnya patung ini ditutup kain putih sambil menyelesaikan perizinan IMB yang menjadi akar masalah.
"Sebelum dibangun, pihak kelenteng juga sudah meminta persetujuan warga sekitar. Kita punya bukti tanda tangan dukungan warga hingga 300 orang yang mendukung," kata Alim.
Terkait polemik soal peresmian oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan, Alim mengatakan dia diundang seperti halnya pejabat negara yang lain. Mereka mengundang Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin untuk meresmikan, namun berhalangan hadir.
Baca Juga: NU: Tuban Itu Kondusif, Warganya Sangat Dewasa dan Cerdas
"Jadi mestinya rencana panitia itu yang mau meresmikan Pak Menteri Agama, tapi Pak Menteri Agama berhalangan hadir karena lagi ke Amerika. Karena undangan pejabat yang hadir Pak Zulkifli, kita minta beliau yang meresmikan. Pak Ketua MPR hadir karena sengaja kita yang undang seperti undangan pejabat negara yang lain. Ini sebenarnya yang terjadi, jangan dipelintir," kata Alim.
Sementara itu, di tempat terpisah, Ketua MPR Zulkifli Hassan mengaku diundang untuk ulang tahun kelenteng, bukan peresmian patung dewa.
"Bukan untuk meresmikan izin patung (Kwan Sing Tee Koen). Ketua MPR tidak ada urusan dengan perizinan. Ketua MPR itu (datang) memperingati memorial, kalau dalam Islam itu haul namanya. Saudara, saya ini Ketua MPR. Ketua MPR itu pemersatu, niatnya pasti baik. Kalau diundang pihak mana pun, saya datang. Saya diundang hadir dalam rangka peringatan 1857 tahun Kwaan Sing Tee Koen itu," ujar Zulkifli kepada wartawan di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Rabu (9/8/2017). (fay/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini