Ingin Bentuk Unit Keamanan Siber dengan Rusia, Trump Dikritik

Ingin Bentuk Unit Keamanan Siber dengan Rusia, Trump Dikritik

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 10 Jul 2017 13:05 WIB
Vladimir Putin dan Donald Trump saat bertemu perdana di sela-sela KTT G20 (REUTERS/Carlos Barria)
Washington DC - Di tengah kontroversi soal intervensi pilpres, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan keinginan menjalin kerja sama yang konstruktif dengan Rusia. Trump juga menyinggung soal pembentukan unit keamanan siber bersama Rusa, yang langsung dikritik politikus Republikan.

Hubungan kedua negara sebenarnya masih tegang soal isu konflik Suriah dan Ukraina. Namun, seperti dilansir AFP, Senin (10/7/2017), Trump malah menyebut sudah saatnya bagi AS dan Rusia untuk maju ke depan. Pernyataan Trump itu bertentangan dengan Partai Republik yang menaunginya, yang menyerukan Trump seharusnya mempertimbangkan hukuman baru untuk Rusia.


Dua hari setelah bertatap muka untuk pertama kalinya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Trump menyatakan dirinya telah menanyakan langsung kepada Putin soal adanya bukti dari badan intelijen AS yang menyatakan Rusia mencampuri pilpres AS tahun lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya dengan tegas menekan Presiden Putin, dua kali, soal Rusia mencampuri pemilu kita. Dia (Putin) dengan berapi-api menyangkalnya. Saya sudah memberikan pendapat saya ...," tutur Trump soal pertemuan perdananya dengan Putin di sela-sela KTT G20 di Hamburg, Jerman.


Namun setelah itu, Trump mengatakan bahwa AS dan Rusia bisa bekerja sama dalam sejumlah isu, termasuk soal konflik Suriah. Gencatan senjata yang disepakati pekan lalu dan diberlakukan sejak Minggu (9/7) waktu setempat, disebut Trump akan 'menyelamatkan nyawa'.

"Sekarang saatnya untuk bergerak maju dalam bekerja secara konstruktif dengan Rusia!" seru Trump.


Dalam serangkaian kicauannya via Twitter, Trump menyebut dirinya dan Putin telah membahas soal gagasan pembentukan 'unit keamanan siber yang tidak bisa disusupi' oleh kedua negara, untuk mencegah peretasan saat pemilu. Gagasan Trump itu langsung menuai kritik, dengan senator senior Partai Republik, Lindsey Graham menyebutnya 'gagasan bodoh'.

"Itu bukan gagasan terburuk yang pernah saya dengar, tapi mendekati," sebut Graham dalam acara televisi NBC 'Meet the Press'.

Senator senior Partai Republik lainnya, John McCain, melontarkan sindiran dengan menyebut Putin akan sangat membantu dalam unit itu, karena dia peretasnya. "Tentu Vladimir Putin akan menjadi bantuan besar dalam upaya itu, karena dia yang melakukan peretasan," sindir McCain yang memimpin Komisi Angkatan Bersenjata Senat AS, kepada acara televisi CBS 'Face the Nation'.


Bermitra dengan Putin dalam 'Unit Keamanan Siber' sama saja bermitra dengan (Presiden Suriah Bashar al-) Assad dalam 'Unit Senjata Kimia'," kecam senator Republik lainnya, Marco Rubio.

Beberapa saat usai kicauannya dikritik, Trump berusaha meralat pernyataannya. "Fakta bahwa Presiden Putin dan saya membahas Unit Keamanan Siber bukan berarti itu bisa terjadi. Itu tidak bisa terjadi," ucap Trump kembali via Twitter.

(nvc/ita)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads