Sama dengan Julianto, rumah Dafi kerap diteror order fiktif Go-Food pada sekitaran awal Juni 2017. Dafi bercerita, pertama kali rumahnya disambangi ojek onliine yang membawa pesanan bebek Kaleyo. Padahal dia tidak pernah memesannya.
"Pertama kali Bebek Kaleyo seharga Rp 350 ribu itu 3 boks, Rp 350 ribu kali tiga berapa tuh? Rp 1 jutaan, terus nasi goreng seharga Rp 200 ribuan 4 porsi, jadi harus bayar Rp 800 ribu, ternyata saya tolak. Saya ga pesan, bayar yang pertama doang, saya bayar, yang kedua Martabak Boss, seharga Rp 250 ribu. Ternyata yang kirim ada 3 martabak, saya tolak karena tidak merasa pesan," ujar Dafi saat ditemui di Kantor PPSU Tanah Abang, Jl KH Mas Mansyur, Jakpus, Sabtu (8/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dafi mengatakan, dia sempat membayar order Go-Food tersebut. Tapi lama-lama dia merasa dompetnya semakin menipis hingga akhirnya dia menolak pesanan tersebut. Tidak hanya Go-Food, peneror pun melakukan order fiktif dengan aplikasi Grab Food.
"Ada diteror 20 kali, pertama kali dibayar, sisanya saya tolak, pertamanya pake Grab, habis itu terakhir Gojek," ujarnya.
Merasa terganggu dengan teror order palsu itu, Dafi melaporkan kejadian tersebut kepada polisi. Tidak hanya itu, Dafi juga melapor ke manajemen Grab dan Go-Jek. Tapi laporan untuk menutup akunnya itu belum direspons.
"Saya lapor ke polisi ke Polsek Tanah Abang, lapor dengan kedua belah pihak. Mbak dari ojek online Grab saya ceritain gini-gini, tapi belum ada tanggapan, habis dari Grab muncul Go-Jeknya," ucapnya.
Dafi menduga dirinya diteror pasca hubungan asmaranya retak dengan seorang wanita berinisial A yang merupakan warga Kayu Manis, Jakarta Timur. Dia juga berusaha mencari tahu wanita A untuk meminta penjelasan soal kenapa dirinya diteror.
"Dari awal saya kenalan sama si Ati, ternyata cintanya saya tolak. Terus tiba-tiba di menyerang saya dengan ojek online," ucapnya. (rvk/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini