"Ada sejumlah personel AS yang mengoperasikan peralatan untuk memberikan informasi mengenai kewaspadaan situasi bagi pasukan kami," kata juru bicara militer Filipina, Brigjen Restituto Padilla pada konferensi pers seperti dilansir kantor berita Reuters, Rabu (14/6/2017).
"Saya tidak tahu jumlah pastinya dan misi spesifiknya. Mereka diizinkan membawa senapan untuk pertahanan diri. Namun mereka tidak diizinkan untuk bertempur, mereka hanya memberikan dukungan," imbuh Padilla.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, militer Filipina menyatakan bahwa militer AS memberikan bantuan teknis untuk mengakhiri pengepungan kota Marawi oleh para militan pro-ISIS, namun tidak mengerahkan tentara AS ke lapangan.
Seorang pejabat AS di Washington mengatakan, AS menyediakan sebuah pesawat pengintai P-3 serta informasi intelijen yang dikumpulkan dari sebuah drone (pesawat tak berawak). Namun drone tersebut jatuh pada Sabtu (10/6) lalu setelah kehilangan komunikasi dengan operatornya.
Militer Filipina menyatakan, sejauh ini sekitar 290 orang telah tewas selama pertempuran di Marawi. Para korban tewas termasuk 206 militan, 58 tentara dan 26 warga sipil.
Disebutkan militer Filipina, saat ini masih ada sekitar 100 militan yang bertahan di kota Marawi. Juga diperkirakan antara 300-600 warga sipil saat ini terjebak atau disandera militan di kota tersebut.
(ita/ita)