Antisipasi Isu Keberagaman, Mangindaan: Refresh Pemahaman 4 Pilar

Antisipasi Isu Keberagaman, Mangindaan: Refresh Pemahaman 4 Pilar

Heldania Ultri Lubis - detikNews
Kamis, 08 Jun 2017 16:18 WIB
Wakil Ketua MPR EE Mangindaan (Foto: Dok. MPR)
Jakarta - Empat pilar kebangsaan terus disosialisasikan oleh pimpinan MPR. Empat pilar itu disebut bisa digunakan untuk mengantisipasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.

"Di zaman ini kita merasakan ada hal-hal yang perlu diwaspadai. Isu-isu kebangsaan yang sering kita baca di media dan sering kita bicarakan. Semua itu tantangan yang harus kita hadapi, salah satunya dengan empat pilar kebangsaan," ujar Wakil Ketua MPR Evert Ernest (EE) Mangindaan.

Hal itu disampaikan Mangindaan pada acara sosialisasi yang berlangsung di kantor Wali Kota Manado, Jalan Balai Kota, Sulawesi Utara, Kamis (8/6/2017). Mengindaan menyebut isu-isu kebangsaan saat ini perlu solusi yang terbaik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Mangindaan, saat ini masih ada intoleransi bahkan SARA. Masih ada upaya gerakan makar, separatisme dan merebaknya ideologi asing. Masih ada aksi kekerasan dalam berbagai bentuk di samping juga adanya kesenjangan sosial dan ketidakadilan yang terus terjadi.

"Inilah tantangan yang harus kita sikapi dengan terbaik. Semuanya harus bisa kita antisipasi antara lain dengan empat pilar kebangsaan. Mari kita refresh biar tidak lupa dan tidak alfa dengan jati diri bangsa ini," kata Mangindaan.

Mangindaan menyebut, salah satu dari empat pilar yaitu Pancasila. Pancasila merupakan hasil pemikiran dan peninggalan para pendiri bangsa. Di dalamnya ada semangat untuk selalu menjunjung tinggi keberagaman.

"Peninggalan hasil buah pemikiran para founding fathers. Sesungguhnya jati diri bangsa Indonesia ada di situ. Spirit untuk selalu menjunjung pluralistik dan kemajemukan. Pancasila juga menjamin kemajemukan itu dalam suatu kesatuan yang harmonis," tuturnya.

Mangindaan menambahkan, saat ini pemahaman terhadap agama dan saling menghormati antar pemeluk agama masih lemah. Untuk mengembalikan semangat kemajemukan itu, ia bercerita mengenai sejarah lahirnya Pancasila sebagai dasar negara.

Menurutnya, dalam piagam Jakarta di sila pertama bunyinya itu Ketuhanan Yang Maha Esa dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya. Kata-kata itu sempat diprotes oleh masyarakat Indonesia bagian timur.

"Mereka mempertanyakan apakah itu hanya untuk umat muslim saja dan bagaimana posisi mereka di negara Indonesia. Karena adanya hal itu, akhirnya para tokoh-tokoh beragama Islam memutuskan untuk menghapus ketujuh kata itu untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa," kata Mangindaan.

Ia menegaskan, pemahaman dan penerapan Pancasila pada kehidupan berbangsa dan bernegara harus terus dibangun dan dikembangkan. Ia menyebut Pancasila merupakan keputusan final.

"Sudah jelas bahwa Pancasila ini merupakan dasar kita menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadi Pancasila ini sudah final. Jangan ganggu-ganggu lagi, karena ini merupakan keputusan pendiri bangsa," katanya.

Acara ini juga dihadiri oleh anggota DPD Marhany Pua, anggota DPR Bara Krishna Hasibuan, Ketua Fraksi NasDem MPR Bachtiar Aly dan Wali Kota Manado Vicky Lumentut. Ratusan peserta dari tokoh agama, ormas hingga sejumlah pimpinan dan pegawai pemerintahan Kota Manado turut hadir dalam acara sosialisasi ini.

(nwy/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads