Seperti dilansir Reuters, Jumat (12/5/2017), pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, menyatakan dalam pidato yang ditayangkan langsung kepada para pendukungnya bahwa menarik diri dari posisi militer di sepanjang perbatasan Libanon sebelah timur dengan Suriah.
Patroli di area ini sekarang hanya akan dilakukan oleh militer Libanon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Militer Israel Menembak Jatuh 'Target' di Dataran Tinggi Golan
Terakhir kalinya pada tahun 2006, Hizbullah terlibat konflik dengan Israel. Nasrallah mengesampingkan prospek terjadi konflik baru dalam waktu dekat. Namun dia memperingatkan jika nantinya konflik kembali pecah, maka bisa terjadi di dalam wilayah pendudukan Israel.
"Israel takut dan khawatir akan terjadinya konfrontasi di masa mendatang ... dan tahu bahwa itu bisa terjadi di dalam wilayah Palestina yang didudukinya," sebut Nasrallah. Awal tahun ini, Nasrallah mengklaim roket Hizbullah bisa mencapai target manapun di dalam wilayah Israel.
"Tidak akan ada tempat yang tidak terjangkau roket-roket perlawanan atau jejak kaki pejuang perlawanan," imbuhnya.
Sejak konflik tahun 2006, Nasrallah banyak memanfaatkan pidatonya untuk menyoroti kemampuan militer Hizbullah. Sedangkan Israel bertekad kuat untuk menghentikan Hizbullah yang dianggap ancaman besar di perbatasannya.
Baca juga: Israel Serang Depot Senjata di Dekat Bandara Damaskus Suriah
Israel berniat menghentikan aktivitas Hizbullah yang memanfaatkan konflik Suriah untuk mendapatkan suplai senjata dan pengalaman perang. Serangan-serangan udara Israel di dalam wilayah Suriah diklaim bertujuan menghancurkan persenjataan yang akan disalurkan untuk Hizbullah.
(nvc/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini