Pantauan detikcom, Sabtu (29/4/2017), meski sinar terik matahari membakar, tapi tak menyurutkan ribuan peserta festival unjuk kemampuan.
Pertunjukan diawali dengan penampilan drumband lansia Lalangan asal Desa Temuguruh, Kecamatan Sempu, Banyuwangi. Grup ini terlihat mayoritas pesertanya adalah petani dan ibu rumah tangga. Tapi jangan salah, mereka mampu tampil dengan atraktif memainkan alat musik sambil berjoget mengikuti irama yang mereka mainkan.
![]() |
Usai drumband lansia, disusul penampilan 42 grup marching band SD, SMP, dan SMA/SMK. Dalam even ini, peserta membawakan sejumlah lagu dengan iringan musik etnik yang dihasilkan dari kolaborasi alat musik drum band. Seperti klarinet, sexophone, drum, terompet, simbal dan alat musik tradisional seperti angklung, suling, kendang, dan saron.
Festival ini semakin unik dan kental nuansa etnik, karena selain kostum warna-warni khas marching band, sebagian peserta dalam tiap-tiap regu juga mengenakan pakaian tradisional khas Suku Osing Banyuwangi.
![]() |
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang membuka acara tersebut mengatakan festival ini menjadi media positif untuk penyaluran bakat dan potensi pelajar, khususnya kepiawaian bermusik.
"Kami terus mendorong agar anak-anak tak hanya piawai di bidang akademik, namun juga mampu mengeksplorasi potensi lain yang mereka miliki. Dalam even ini, kami beri mereka ruang dan panggung untuk mengeksplorasi potensi dan kreativitas dalam memainkan alat musik," kata Anas usai gelaran Festival Marching Band di depan halaman Kantor Bupati Banyuwangi, Jalan Ahmad Yani 100, Banyuwangi.
![]() |
"Banyuwangi luar biasa, ini menjadi sebuah pengalaman baru bagi saya selama berkecimpung di dunia Drum Band. Kolaborasi alat-alat drum band konvensional dan alat musik tradisional ini jadi inspirasi baru buat kami. Ide ini akan saya bawa ke pusat untuk bisa didopsi secara nasional," kata Kolonel Murianto. (bdh/bdh)