Salah seorang warga Carangwulung, Slamet (39) mengatakan, longsor terjadi pada Selasa (28/2) sekitar pukul 21.00 Wib. Hujan deras yang mengguyur wilayah Wonosalam di lereng Pegunungan Anjasmoro, membuat tebing di jalur alternatif Mojokerto-Kediri-Jombang itu ambruk ke jalan.
"Tanah longsor memutus total jalur alternatif Jombang-Mojokerto-Kediri," kata Slamet kepada wartawan, Rabu (1/3/2017).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang, Nur Huda mengaku ketebalan material longsor yang menutup Jalan Carangwulung 10-20 cm sepanjang 25 meter. Upaya pembersihan dilakukan menggunakan mobil tanki air yang dilengkapi mesin diesel untuk menyemprot material berupa tanah tersebut. Saat ini jalan kembali bisa dilalui kendaraan.
![]() |
"Masyarakat juga harus mewaspadai daerah rawan longsor, seperti Desa Jarak, Panglungan, Wonosalam, Carangwulung-Kecamatan Wonosalam. Namun, yang paling mengkhawatirkan Desa Wonosalam dan wilayah Bareng. Pengguna jalan agar hati-hati," ujarnya.
Selain longsor, derasnya hujan yang mengguyur wilayah Mojoagung, Jombang membuat debit air Sungai Gunting meningkat. Akibatnya, sebuah jembatan di Desa Kedunglumpang ambruk. Jembatan sepanjang 30 meter dengan lebar 3 meter itu tak bisa dilalui kendaraan.
"Ambruknya jembatan kemarin siang akibat arus sungai yang tersumbat sampah ranting dan pohon bambu," terang Abdullah Sidik, perangkat Desa Kedunglumpang.
Ambruknya jembatan ini membuat akses warga antar desa di Kecamatan Mojoagung terganggu. Karena jembatan ini menghubungkan desa Kedunglumpang dengan Dukuh Mojo, Binorong, dan Jlaprang.
"Warga harus memutar sejauh 2-3 Km. Sebagai solusinya, kami bersama warga membuat jembatan darurat dari bambu," tandasnya. (fat/fat)