Candi Minakjinggo Simpan Pertarungan Damarwulan dan Adipati Blambangan

Candi Minakjinggo Simpan Pertarungan Damarwulan dan Adipati Blambangan

Enggran Eko Budianto - detikNews
Sabtu, 18 Feb 2017 14:26 WIB
Candi Minakjinggo yang Unik/Foto: Enggran Eko Budianto
Mojokerto - Candi Minakjinggo di Dusun Unggahan, Desa/Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, menjadi satu-satunya candi peninggalan Majapahit yang unik. Jika pada umumnya candi tersusun dari bata merah, candi yang satu ini juga tersusun dari batu andesit dengan ukiran yang sarat makna.

Selain itu, Candi Minakjinggo juga menyimpan kisah pertarungan antara Adipati Blambangan, Minakjinggo dengan Damarwulan. Candi Minakjinggo memang tak banyak dikunjungi wisatawan.

Bangunan peninggalan Majapahit ini terletak sekitar 100 meter di sebelah timur Kolam Segaran dan sekitar 100 meter di sebelah selatan makam Putri Campa. Namun, dibandingkan candi-candi lainnya di wilayah Trowulan, Candi Minakjinggo tergolong paling unik.
Candi Minakjinggo yang Unik di MojokertoCandi Minakjinggo yang Unik di Mojokerto Foto: Enggran Eko Budianto

Jika pada umumnya candi peninggalan Majapahit tersusun dari bata merah, Candi Minakjinggo tersusun dari perpaduan bata merah dan batu andesit. Juru Pelihara Candi Minakjinggo dari BPCB Trowulan, Asik (44) mengatakan, bangunan kuno ini dibuat sejak zaman kerajaan Singosari, sebelum Majapahit berdiri.

Sebagai pondasi, Candi Minakjinggo menggunakan susunan bata merah dengan ketinggian 3,5-4 meter. Sementara bagian tubuh dan kepala candi menggunakan batu andesit yang diukir dengan berbagai bentuk relief.

Itu dibuktikan dari hasil ekskavasi tahun 1977, banyak ditemukan bongkahan batu andesit di dalam Candi Minakjinggo. Hanya saja, karena banyak yang rusak dan hilang, para arkeolog kesulitan menyusun kembali bongkahan batu tersebut.
Candi Minakjinggo di MojokertoCandi Minakjinggo di Mojokerto Foto: Enggran Eko Budianto

"Bentuk utuh candi belum diketahui. Diperkirakan masih banyak batu yang terkubur. Memakai podasi bata merah soalnya supaya menyerap air, bata merah menjadi lebih kuat jika terkena air sehingga bangunan di atasnya tidak mudah roboh," kata Asik kepada detikcom, Sabtu (18/2/2017).

Saat ini Candi Minakjinggo terdiri dari dua bagian. Bagian utama yang diperkirakan sebagai tempat asli candi berupa susunan bata merah yang menyerupai labirin. Pada bagian tengahnya terdapat altar yang diperkirakan sebagai tempat khusus para raja dan kerabat kerajaan Majapahit melakukan pemujaan. Terdapat pula rahang kepala naga pada altar tersebut.

Menurut Asik, tempat ini sampai saat ini masih kerap dipakai pengunjung untuk bersemedi. Tak hanya lokal Mojokerto, pengunjung datang dari Surabaya, Jakarta, Malang, Lamongan, dan Bali. Sementara bagian ke dua berupa tumpukan batu andesit di sisi barat bangunan utama candi. Bongkahan batu besar yang sarat dengan relief itu sengaj ditumpuk begitu saja lantaran para ahli belum bisa menyusun menjadi bentuk sebenarnya Candi Minakjinggo.

"Candi ini dulunya berfungsi sebagai sanggar pamujan (tempat pemujaan) khusus para raja dan kerabat kerajaan Majapahit. Perkiraan kami bangunan candi ini cukup tinggi karena dalam keprcayaan Hindu, harusnya bangunan pemujaan tinggi sebagai tempat suci. Sampai saat ini dijadikan sebagai tempat ritual dengan berbagai macam tujuan, seperti minta ketenteraman hidup, keselamatan, kesehatan, rezeki, tapi pada malam hari," ujarnya.

Fungsi Candi Minakjinggo sebagai sanggar pemujaan, kata Asik, dikuatkan dengan penemuan tiga arca dewa di lokasi tersebut. Diantaranya arca Dewi Sri, Dewi Laksmi, dan arca Garuda Bersayap atau Garuda Wisnu yang melambangkan Dewa Wisnu. Selain itu, pada bongkahan batu andesit ditemukan relief Garuda Wisnu, sapi, dan Makara.

"Banyak ditemukan relief hewan sapi, sapi dalam agama hindu hewan yang disucikan. Juga relief Makara, simbol tolak balak yang selalu ada di setiap bangunan suci zaman Majapahit. Supaya orang yang mau ibadah di candi batinnya tidak diganggu roh jahat," terangnya.
Candi Minakjinggo yang UnikCandi Minakjinggo yang Unik Foto: Enggran Eko Budianto

Disinggung asal mula nama Minakjinggo, Asik pun menjelaskan fakta yang selama ini belum banyak diketahui masyarakat. Menurut dia, nama Minakjinggo disematkan bangunan purbakala ini lantaran adanya temuan arca Garuda bersayap. Masyarakat sekitar mengira arca tersebut adalah perwujudan Minakjinggo, Adipati Blambangan. Padahal arca Garuda itu merupakan perwujudan Dewa Wisnu.

"Arca Garuda Wisnu, salah satu dewa di Agama Hindu. Dewa Wisnu merupakan dewa pengayom, pelindung, berjiwa welas asih," ungkapnya.

Kendati begitu, tambah Asik, keberadaan Candi Minakjinggo menyimpan kisah pertarungan antara Damarwulan dengan Adipati Minakjinggo. Damarwulan adalah seorang pemuda yang mengabdi kepada Patih Loh Gender pada masa pemerintahan Prabu Sri Suhita atau Ratu Ayu Kencana Wungu tahun 1427-1447 masehi.

Konon sang ratu membuat sayembara untuk mengalahkan Adipati Blambangan, Minak Jinggo yang melakukan pemberontakan terhadap Majapahit. Damarwulan berhasil memenangkan sayembara itu berkat bantuan kedua istri Minak Jinggo, Wahita dan Puyengan.

Tak hanya membunuh sang Adipati Blambangan, Damarwulan juga berhasil memikat hati Wanita dan Puyengan yang kemudian dia boyong ke Majapahit. Atas jasanya itu, Ratu Kencana Wungu bersedia dinikahi Damarwulan. Pernikahan itu secara otomatis membuat Damarwulan menjadi Raja Majapahit bergelar prabu Bhrawijaya VI atau Prabu Mertawijaya. Dengan begitu, Damarwulan mempunyai empat orang istri, yakni Dewi Anjamara (putri Patih Loh Gender), Wahita, Puyengan, dan Ratu Kencana Wungu.

"Berdasarkan cerita rakyat, kepala Minakjinggo dibawa Damarwulan ke Majapahit. Setelah dibakar, abunya disemayamkan di candi ini supaya dosa-dosanya diampuni," tandasnya. (fat/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.