Terlibat Interogasi Penyiksaan, Wanita Ini Jadi Wakil Bos CIA

Terlibat Interogasi Penyiksaan, Wanita Ini Jadi Wakil Bos CIA

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 03 Feb 2017 14:50 WIB
Ilustrasi (AFP PHOTO/SAUL LOEB)
Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjuk agen intelijen senior Gina Haspel menjadi Wakil Direktur Badan Intelijen CIA. Haspel pernah memimpin salah satu penjara rahasia CIA yang melakukan praktik interogasi sarat penyiksaan.

Seperti dilansir AFP dan Reuters, Jumat (3/2/2017), pekan ini Haspel ditunjuk menjadi Wakil Direktur CIA di bawah Mike Pompeo, Direktur CIA yang baru pilihan Presiden Donald Trump. Bergabung dengan CIA tahun 1985, sosok Haspel dikenal sangat veteran dalam tubuh CIA. Wanita itu pernah menjabat pada berbagai pos di dunia, termasuk posisi di Kedutaan Besar AS di London, Inggris akhir tahun 2000-an. Pompeo memuji sosok Haspel sebagai panutan.

"Gina merupakan agen intelijen yang patut menjadi contoh dan seorang patriot yang berdedikasi, yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun. Dia juga seorang pemimpin yang telah terbukti dengan kemampuan luar biasa untuk menjalankan tugas dan menginspirasi orang-orang di sekitarnya," ujar Pompeo dalam pernyataannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Mike Pompeo Jadi Direktur CIA, Interogasi Penyiksaan Diterapkan Lagi?

Haspel mencatat sejarah sebagai wanita pertama yang menempati posisi orang nomor dua di CIA. Dia juga menjadi wanita pertama yang pernah memimpin operasi rahasia CIA. Tahun 2013, Haspel ditunjuk menjadi pelaksana tugas Direktur Dinas Rahasia Nasional CIA. Namun dia diganti hanya beberapa minggu kemudian. Penggantian itu dilaporkan karena kekhawatiran atas perannya dalam operasi interogasi pasca tragedi 11 September 2001, yang melibatkan metode yang sarat penyiksaan termasuk waterboarding.

Media The Washington Post melaporkan bahwa Haspel pernah 'menjalankan sebuah penjara rahasia di Thailand dengan dua tahanan mengalami waterboarding dan teknik keji lainnya'. Dua tahanan yang dimaksud adalah tersangka Al-Qaeda, Abu Zubaydah dan Abd al-Rahim al-Nashiri.

Waterboarding dilakukan dengan cara mengikat tangan dan kaki tersangka di atas papan, kemudian menutup kepalanya sambil terus menyiramkan air ke kepala tersangka saat diinterogasi. Teknik ini menciptakan sensasi seperti tenggelam di dalam air.

Baca juga: Di Markas CIA, Trump Usulkan AS Kuasai Ladang Minyak Irak

The Washington Post juga menyebut Haspel terlibat dalam penghancuran rekaman video CIA yang berisi sesi interogasi sarat penyiksaan terhadap beberapa tahanan di Thailand, tahun 2005. Pengacara para tahanan Al-Qaeda meminta rekaman video itu dijadikan bukti dalam salah satu kasus di pengadilan.

Mantan pelaksana tugas Direktur CIA Michael Morrell menyebut Haspel tidak pernah melakukan kesalahan maupun hal ilegal selama bertugas di CIA. Soal penghancuran rekaman video, sebut Morrell, Haspel memang memerintahkannya karena diminta oleh atasannya saat itu dan meyakini hal itu sesuai hukum.

"Secara personal, saya memimpin pemeriksaan akuntabilitas yang membersihkan Haspel dari segala pelanggaran dalam kasus itu," tegasnya.

Baca juga: Trump Setuju Interogasi Penyiksaan Tapi Akan Ikuti Saran CIA

Penunjukan Haspel ini terjadi di tengah kekhawatiran AS akan memberlakukan kembali praktik interogasi sarat penyiksaan di bawah Presiden Trump, yang terang-terangan mendukung praktik tersebut. Namun Pompeo telah menegaskan tidak akan memberlakukan teknik interogasi yang dilarang.

(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads