Jutting yang lulusan University of Cambridge ini bekerja di Bank of America Merill Lynch yang ada di London sejak Juli 2010, dan dipindahkan ke Hong Kong pada Juli 2013. Seperti dilansir media Inggris, Daily Mail, Selasa (25/10/2016), selama bekerja di Hong Kong, Jutting kerap menggelar pesta seks yang dipenuhi narkoba dan minuman keras di apartemen mewahnya. Bahkan Jutting mengaku dirinya terobsesi berhubungan seks dengan 2-3 wanita sekaligus.
Jutting diketahui kerap mendatangi sejumlah pub di kawasan Wan Chai, seperti pub The Queen Victoria dan Old China Hands. Salah satu mantan penegak hukum Hong Kong yang ahli dalam penyelidikan narkoba dan juga kerap mengunjungi pub yang sama, menyebut Jutting kerap ikut pesta minuman keras dan narkoba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut mantan penegak hukum itu, pupil mata Jutting kerap terlihat membesar yang menurutnya akibat pengaruh penggunaan kokain. "Jutting akan datang ke pub pada Sabtu dan Minggu pagi dalam kondisi sangat buruk," terang mantan penegak hukum yang juga pernah bekerja di Inggris itu, kepada Mail Online.
"Dia (Jutting-red) tidak tahu siapa dirinya, ada di mana dia dan apa yang dia lakukan. Kokain cenderung memperlambat kinerja tubuh Anda dan tampaknya dia juga menggunakan amphetamine, mungkin untuk mempercepat, menghidupkan dirinya," imbuh penegak hukum yang tidak menyebut namanya itu.
Polisi Hong Kong menemukan kokain di dalam apartemen Jutting. Sedangkan dalam video yang direkamnya, yang ditunjukkan kepada juri dalam sidang Selasa (25/10) ini, Jutting mengaku dirinya mengkonsumsi banyak kokain sebelum menyiksa dan membunuh korbannya.
Baca juga: Mengerikan! Rekaman Video Tunjukkan WNI Diperkosa dan Disiksa 3 Hari
Secara terpisah, seorang kolega yang mengaku pernah bekerja bersama Jutting di kantor Merrill Lynch di Hong Kong, menyebut pria berusia 31 tahun itu terlihat sangat tertekan karena bekerja selama 16 jam, sebelum dia mengundurkan diri.
"Dia bekerja hingga tengah malam dan hingga dini hari selama beberapa hari -- dia tidak pernah bersosialisasi dengan rekan kerjanya.
"Anda bisa melihat bahwa orang yang bekerja selama itu akan merasakan tekanan. Anda bisa melihat dia berada di bawah tekanan besar, lebih besar dibanding kebanyakan orang," terang wanita yang tidak enggan disebut namanya itu kepada Mail Online.
Baca juga: Mantan Bankir Mengaku Tak Bersalah Atas Pembunuhan 2 WNI di Hong Kong
Jutting mengundurkan diri dari pekerjaannya setelah menghabisi korban pertamanya, Sumarti Ningsih (23) pada November 2014. Jutting juga diadili atas pembunuhan seorang wanita Indonesia lainnya bernama Seneng Mujiasih (26), yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Hong Kong.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini