Empat amunisi itu terdiri dari 2 mortir berukuran panjang 1 meter dengan diameter 15 cm dan 2 proyektil berukuran 30 cm dengan diameter 100 mm. Keempat amunisi tersebut ditemukan tak bersamaan.
"Kita temukan di medio 5 tahun terakhir di Pantai Boom. 3 Buah sudah disimpan di gudang Lanal dan yang terakhir ditemukan dua minggu lalu," ujar Danlanal Banyuwangi, Letkol Laut (P) Wahyu Endriawan diatas KAL Tabuhan, usai menenggelamkan kepada wartawan.
Menurut Danlanal Wahyu, amunisi ini sengaja ditenggelamkan lantaran sangat berbahaya. Seluruh amunisi berkarat dan tak terdeteksi tahun berapa pembuatannya. Amunisi zaman penjajahan Belanda itu sengaja ditenggelamkan di lokasi latihan dan penenggelaman bahan peledak Lanal Banyuwangi di perairan Selat Bali.
"Di lokasi itu dalamnya 200 meter lebih. Ini cukup aman dan tak akan mengganggu pelayaran Selat Bali. Dan tak mungkin diselami karena ketahanan penyelam di kedalaman 60 meter sudah tak bisa lagi kecuali pakai alat selam," tambah Danlanal.
Hingga kini, kata Danlanal Wahyu, di sekitar Pantai Boom Banyuwangi, diprediksi masih banyak amunisi atau bahan peledak peninggalan perang dunia kedua. Karena Pantai Boom merupakan salah satu tempat strategis pertahanan pejuang saat penjajahan Belanda.
"Sekitar tahun 40-an Boom menjadi medan perang. Kita sampai saat ini masih menyisir di beberapa lokasi. Kita imbau pula kepada pekerja proyek Marina jika menemukan benda berbahaya silahkan menghubungi kami," pungkasnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini